Jakarta – Selain penyakit paru-paru, jantung, dan kanker, rokok ternyata secara tidak langsung memiliki peran dalam meningkatkan risiko kolesterol pada tubuh. Kolesterol adalah senyawa lemak yang diproduksi oleh berbagai sel dalam tubuh.
Kolesterol berperan dalam pembentukan sel, produksi hormon, dan pencernaan makanan. Terdapat dua jenis kolesterol, yaitu low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat dan high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik.
Paru-paru yang menyerap uap yang dikeluarkan dalam asap rokok dapat meningkatkan kadar LDL, menurunkan kadar HDL, seperti dikutip dari Healthline, Senin, 9 Januari 2023. Hal itu dapat membuat darah jadi lebih mengental, lengket, hingga menggumpal, merusak sel-sel yang melapisi pembuluh darah dan arteri, serta menyebabkan penebalan dan penyempitan pembuluh darah.
Sebuah studi yang dipublikasikan oleh PloS One menemukan bahwa asap rokok mengandung senyawa akrolein yang dapat memengaruhi kadar kolesterol tubuh. Senyawa yang sangat reaktif ini dapat mencegah HDL dalam darah dan mengangkut LDL keluar dari arteri dan hati.
Dengan demikian, merokok tidak hanya meningkatkan LDL, tetapi juga mampu merusak kemampuan HDL untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh kolesterol jahat.
Meningkatnya kadar LDL dan rendahnya HDL dalam tubuh juga dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah dan arteri, serta mampu menghasilkan plak yang menumpuk di arteri. Plak yang menumpuk tersebut dapat mengeras dan pecah sehingga menyebabkan terjadinya pembekuan darah dan stroke.
Lalu, berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh PubMed Central, tingkat HDL seseorang yang berhenti merokok dalam waktu setahun terbukti mengalami peningkatkan bila dibandingkan dengan saat masih merokok.
Menurut National Institutes of Health (NIH), tingkat kolesterol LDL yang sehat adalah di bawah 100 mg/dL atau miligram per desiliter. Sedangkan, tingkat HDL yang sehat adalah di atas 40 mg/dL untuk laki-laki dan di atas 50 mg/dL untuk perempuan.
Total kolesterol yang ideal dalam tubuh adalah di bawah 200 mg/dL.
Penulis: Steven Widjaja