Suku Bunga The Fed Tinggi, Pasar Modal RI Masih Volatil

Head of Research DBS Group Research, Maynard Arif, pada group interview bertema “Pandangan Ekonom DBS untuk Akhir Tahun dan Tantangan Tahun Politik 2024” di Jakarta, Senin, 2 Oktober 2023. (Foto: Dok. TF/SW)

Jakarta – Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25%-5,50% belum lama ini, masih menimbulkan dilema bagi para investor pasar modal. Hal ini diungkapkan oleh Head of Research DBS Group Research, Maynard Arif. Ia katakan bahwa pasar modal tetap akan bergerak volatil jika The Fed masih belum pasti menurunkan suku bunga acuannya.

“Kemungkinan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi membuat para investor jadi bingung soal kebijakan The Fed, dan ini membuat market jadi lebih volatile. Kita jadi harus benar-benar menunggu kapan The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga atau ada tanda-tanda penghentian kenaikan suku bunga. Sambil menunggu hal itu, kita lihat bahwa potensi volatilitas market itu masih sangat tinggi,” jelas Maynard di Jakarta, Senin, 2 Oktober 2023.

Menurut Maynard, market butuh kepastian. Selagi kepastian itu belum ada, maka pasar modal tetap berada pada fase dengan volatilitas yang tinggi. Ia juga katakan jika kenaikan harga di pasar modal bakal berdampak pada harga produk bukan minyak.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, suku bunga The Fed yang tinggi bakal mendorong kenaikan US treasury yield, yang mana hal itu berpotensi melemahkan indeks saham domestik. Aksi jual bersih atau net sell saham emiten nasional oleh para investor asing diprediksi terus berlanjut.

“Kita lihat bahwa ketika US treasury yield itu naik maka yield bond-nya ikut naik. Dan ketika yield bond itu naik, maka saham kita jadi turun. Mengapa? Karena ketika hal itu terjadi, para investor tersebut melihat return di AS lebih bagus ketimbang pasar saham di Indonesia, sehingga mereka akan tarik uangnya keluar,” jelas Maynard.

Berdasarkan data Bloomberg per Jumat (29/9), yield US Treasury tenor 10 tahun berada di level 4,59%. Angka ini naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,12%, serta telah melonjak dari level 3,79% pada awal tahun.

Meskipun begitu, ia ungkapkan bahwa outflow dana dari pasar saham Indonesia masih tergolong relatif lebih kecil ketimbang yang terjadi pada negara-negara Asia Tenggara lainnya. Pihaknya lalu memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuannya hingga 50 basis poin (bps) pada kuartal empat tahun ini ke level 4,50%.

“Penurunan suku bunga acuan The Fed akan banyak terjadi di kuartal empat tahun ini. Mungkin di akhir kuartal tiga bisa mulai sampai 25 basis poin, tapi 50 basis poin bakal terjadi di kuartal empat. Cuman jujur aja ini masih bisa berubah lagi karena ada pertemuan The Fed terkait suku bunga di akhir bulan ini,” pungkas Maynard.

Penulis: Steven Widjaja

Recommended For You

About the Author: Ari Nugroho

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *