Paylater Makin Populer, Kredivo Beberkan Sejumlah Tips Ini ke Konsumen

SVP Marketing and Communications Kredivo, Indina Andamari (kanan) tengah menjelaskan tren penggunaan Paylater di Indonesia, Rabu (20/3). (Foto: Dok.TF/SW)

Jakarta – Popularitas Paylater sebagai salah satu layanan keuangan digital terus mengalami perkembangan pesat. Merujuk pada laporan “Unveiling Indonesia’s Financial Evolution: Fintech Lending and Paylater Adoption” yang diluncurkan oleh Populix, 55% responden menyatakan pernah menggunakan layanan Paylater.

Popularitas Paylater diantaranya didorong oleh ketimpangan penetrasi akses kredit diiringi cepatnya adopsi digital serta kemudahan akses dan fleksibilitas pembayaran yang ditawarkan oleh Paylater.

Pertumbuhan ini juga dirasakan oleh Kredivo sebagai pelopor penyedia layanan Paylater yang memiliki lisensi multifinance. Tercatat, jumlah pengguna Kredivo mengalami peningkatan hingga 20 kali lipat dalam 5 tahun terakhir dengan total jumlah dan nilai transaksi juga meningkat masing-masing hingga 58,59% (CAGR) dan 78,42% (CAGR) dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

“Pertumbuhan jumlah pengguna maupun transaksi Kredivo menunjukkan tingginya animo masyarakat terhadap Paylater. Di lain sisi, masih banyak mispersepsi yang berkembang mengenai Paylater. Paylater seringkali dianggap sebagai pinjaman online (pinjol) atau fintech P2P lending, alih-alih sebagai alat pembayaran. Hal ini tentunya dapat berpotensi mempengaruhi perkembangan industri Paylater yang tengah tumbuh menjanjikan,” ujar Indina Andamari, SVP Marketing and Communications Kredivo, pada sebuah acara diskusi di Jakarta, Rabu, 20 Maret 2024.

Kondisi inilah yang mendorong Kredivo untuk gencar melakukan edukasi mengenai Paylater termasuk juga penggunaannya yang perlu dilakukan secara bijak.

“Kami berharap literasi keuangan dan popularitas Paylater berkembang beriringan sehingga masyarakat bisa mendapatkan manfaat dan dampak optimal dari akses yang dihadirkan oleh layanan Paylater dari Kredivo,” tambah Indina.

Seiring dengan peningkatan popularitasnya, Paylater telah menjadi alat pembayaran pilihan bagi masyarakat untuk berbelanja berbagai kebutuhan, tidak hanya terbatas pada kebutuhan mendesak. Temuan dari riset yang dilakukan oleh Kredivo dan Katadata Insight Center menunjukkan bahwa sebanyak 56,8% pengguna Paylater menggunakan layanan ini untuk membayar kebutuhan bulanan dengan cicilan tenor kurang dari 1 tahun, sementara 52,1% menggunakannya untuk keperluan yang mendesak.

Selain itu, penggunaan Paylater tidak lagi terbatas pada merchant online saja, tapi juga telah merambah ke merchant offline. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah transaksi di merchant offline Kredivo pada tahun 2023 yang tumbuh hingga 2 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.  

Lebih lanjut Indina menyatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh konsumen atau calon konsumen dalam menggunakan paylater, yakni posisikan Paylater sebagai alat pembayaran bukan alat berhutang, sadar akan kemampuan finansial sebelum menggunakan Paylater, perhitungkan bunga dan biaya layanan yang dikenakan penyedia Paylater, serta gunakan Paylater untuk memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas.

“Paylater bukanlah bentuk sumber tambahan uang atau pinjaman seperti fintech P2P lending atau pinjaman online. Sebaliknya, Paylater adalah layanan keuangan digital yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pembelian tanpa harus membayar secara langsung, sehingga membantu mereka mengelola cash flow dan menyisihkan dana untuk kebutuhan lainnya,” terang Indina.

Sebelum memanfaatkan Paylater, penting bagi pengguna untuk memiliki pemahaman yang jelas mengenai kemampuan finansial mereka, termasuk pendapatan dan pengeluaran bulanan, serta apakah mereka memiliki cukup dana untuk melunasi tagihan Paylater dalam waktu yang ditentukan tanpa menimbulkan beban keuangan yang berlebihan.

“Paylater mengenakan bunga sebagai biaya untuk penundaan pembayaran, dan biaya layanan sebagai biaya untuk pengembangan layanan penyedia Paylater. Oleh karena itu, pengguna harus membaca syarat dan ketentuan serta perjanjian pinjaman untuk memperhitungkan bunga dan biaya layanan serta total tagihan keseluruhan saat menggunakan Paylater,” tambahnya lagi.

Hingga saat ini, Kredivo telah melaksanakan berbagai inisiatif edukasi, termasuk kampanye kreatif seperti #AutoMikir dan Generasi Djempolan yang berhasil menyasar ribuan masyarakat di belasan kota di Indonesia. Dalam waktu dekat, Kredivo juga akan meluncurkan kampanye khusus untuk mengedukasi aspek positif dan negatif dari penggunaan Paylater.

“Sedangkan dari sisi produk, Kredivo juga terus menerapkan praktik responsible lending, dengan melakukan seleksi ketat terhadap calon pengguna dan memberikan limit kredit yang sesuai dengan kemampuan pembayaran masing-masing pengguna. Kami optimis dengan dukungan edukasi yang baik, ke depannya Paylater dapat terus berkembang menjadi solusi pembayaran digital favorit masyarakat,” jelas Indina.

“Dampak Paylater juga sangat tergantung dari penggunaannya. Jika digunakan dengan bijak, Paylater dapat membantu dalam mengatur cash flow dan memenuhi berbagai kebutuhan, bahkan membantu meningkatkan skor kredit. Jika tidak dikelola dengan baik, layaknya inovasi layanan keuangan pada umumnya, penggunaan Paylater bisa berdampak negatif, termasuk potensi kredit macet hingga penurunan skor kredit. Akibatnya, pengguna tidak dapat mengakses layanan pembiayaan lembaga jasa keuangan lainnya. Oleh karena itu, kesadaran dari pengguna menjadi kunci utama,” imbuh Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital CELIOS di kesempatan yang sama.

Penulis: Steven Widjaja

Recommended For You

About the Author: Ari Nugroho

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *