Artajasa Bidik Segmen Unbanked dan Underbanked

Direktur Utama Artajasa, Armand Hermawan. (Foto: Dok. TF/Zaenal)

Jakarta – PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa) mengukuhkan posisinya sebagai pionir industri transaksi elektronis di Indonesia, khususnya penyedia jaringan sistem pembayaran. Artajasa pun senantiasa mengikuti kebutuhan pelanggan, misalnya dengan menyediakan produk dan layanan transaksi pembayaran yang fleksibel mengikuti perkembangan zaman.

Armand Hermawan, Direktur Utama Artajasa menjelaskan saat ini Artajasa memiliki produk dan layanan unggulan, seperti Bersama Inter face Processor (BIP), Fraud Detection System (FDS) dan Third Party Card Management System (TPCM). Artajasa juga baru saja meluncurkan ATM Plus.

“Kami luncurkan 50 ATM Plus. Targetnya sampai akhir tahun 1.000 ATM Plus. Saat pertama kali diluncurkan, ATM Plus sudah bisa mencapai kira-kira 45 kali transaksi per hari,” ujarnya kepada Asian Post, beberapa waktu lalu.

Meskipun Bank Indonesia (BI) mencatat adanya tren penurunan dalam jumlah instrument kartu ATM, namun ia optimis dan percaya bahwa cash atau uang tunai masih sangat dibutuhkan masyarakat. Merujuk data yang dimiliki Artajasa, pengambilan uang tunai adalah fitur yang paling banyak dilakukan oleh nasabah di ATM. Disusul, transfer, cek saldo dan pembayaran.

“Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan cash masih sangat besar. Memang ada penurunan (instrument kartu ATM). Karena, generasi muda sudah tidak perlu kartu ATM. Mereka sudah bankable, bisa masuk mobile banking atau tarik uang tunai tanpa kartu. Tapi, masih ada segmen unbanked dan underbanked yang masih membutuhkan uang tunai. Itu market sasaran kami,” tambahnya.

Selain itu, Armand juga berpandangan bahwa kedepan transaksi menggunakan kanal digital akan terus berkembang kedepan. Ia menjelaskan, pertama, cashless atau transaksi pembayaran digital akan terus berkembang. Sebagai contoh, saat ini sudah banyak e-wallet dengan bank yang saling interkoneksi dan seamless. Ditambah, regulator sedang gencar meningkatkan customer experience yang mudah dan murah di masyarakat, misalnya BI-FAST.

“Kedua, QRIS akan berkembang lebih besar. Bahkan, QRIS antarnegara juga berkembang secara lebih masif. Ketiga, kartu kredit pun terus tumbuh. Kami sebagai player switching, akan selalu support perkembangan digitalisasi pembayaran dan cashless society,” tutupnya. (*)

Penulis: Ayu Utami

Recommended For You

About the Author: Ari Nugroho

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *