Jakarta – Saham perusahaan gabungan e-commerce dan ride hailing, GoTo, terpantau naik 4,96% pada Jumat pagi ini, tepat sehari setelah perusahaan mengumumkan bahwa target laba akan tercapai dalam waktu lebih cepat dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.
Sahamnya lalu menurun dan ditutup di level 3,31% atau Rp12.500 sore ini.
Perusahaan teknologi yang melakukan IPO pada April tahun lalu itu menyatakan pada keterangan resminya di hari Kamis kemarin bahwa pendapatan yang telah disesuaikan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi kemungkinan besar akan menjadi positif pada kuartal keempat 2023.
Minggu lalu, perusahaan mengumumkan susunan kepemimpinan baru dalam upayanya mencapai profitabilitas. GoTo memprediksi, marjin kontribusi perusahaan, yang menunjukkan pendapatan setelah biaya variabel menjadi positif di bulan Maret. Prediksi ini empat kuartal lebih cepat ketimbang prediksi sebelumnya.
“Selama tahun lalu, kita telah menjalankan sebuah rencana untuk mempercepat pencapaian profit kita. Strategi itu didasarkan pada optimisasi pendapatan, pengelolaan biaya, serta pertumbuhan ekosistem produk,” ujar Andre Soelistyo selaku CEO GoTo Group, seperti dikutip dari CNBC, Jumat, 17 Februari 2023.
Perusahaan juga menggarisbawahi kinerja positif yang telah dicapai di 2022, yang mana penghasilan setahun penuh akan dirilis di bulan Maret.
“Marjin kontribusi pada kuartal keempat 2022 telah melewati perkiraan. Dimana GTV (gross transaction value) dan nilai pendapatan kotor Korporasi berada pada rentang perkiraan kita,” kata CFO GoTo Jacky Lo di rilis resminya.
“Kita saat ini memperkirakan EBITDA yang telah disesuaikan akan menjadi positif pada 2025, dengan target baru mengartikan hal itu akan tercapai dalam waktu dua tahun lebih cepat daripada perkiraan kita,” tambah para analis UBS pada sebuah laporan, seperti dikutip dari CNBC.
Menurut para analis tersebut, tercapainya laba yang lebih cepat itu adalah hasil dari kebijakan peningkatan tarif serta pengurangan insentif dan pegawai yang dilakukan belum lama ini.
Penulis: Steven Widjaja
Sumber: CNBC / Sheila Chiang