Jakarta – Ini kabar gembira buat para investor GoTo Gojek Tokopedia, Tbk. (GOTO). Perusahaan teknologi ini telah resmi kedatangan Agus D.W. Martowardojo sebagai salah satu komisaris baru.
Dia mendapatkan restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Kamis, 2 Februari.
Meski kini lebih dikenal sebagai mantan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, Agus Marto justru punya rekam jejak yang sangat panjang dalam membalikkan kinerja korporasi di Tanah Air.
Ia spesialis dalam melakukan restrukturisasi serta piawai memimpin korporasi raksasa hasil merger. Berkat kualitas kepemimpinannya, Bank Permata dan Bank Mandiri bukan hanya berhasil melewati badai krisis, juga menjadi salah satu bank terbesar di tanah air.
Dan legacy Agus Marto bukan hanya di kedua bank, juga tersebar di banyak korporasi lain.
Agus Marto saat ini menjabat Komut BNI, sejak 20 Februari 2020. Dia juga Komut Tokopedia, sejak 10 Januari 2019. Bankir kelahiran Amsterdam, 24 Januari 1956 itu selama ini dikenal sebagai bankir dengan integritas tinggi dan pemegang teguh prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Mengawali karier sebagai bankir di Bank of America pada tahun 1984 dan Bank Niaga tahun 1986, nama Agus mulai dikenal ketika memimpin Bank Bumiputera (1995-1998). Ia menyulap bank ini dari rugi bersih, ekuitas negatif dan NPL tinggi, menjadi untung hanya dalam tempo 8 bulan. Banknya pun sehat.
Talentanya sebagai bankir semakin terasah ketika Bank Exim Indonesia yang dipimpinnya sejak 1998 merger ke Bank Mandiri bersama tiga bank pemerintah lainnya, yakni BBD, BDN, dan Bapindo. Agus yang ditunjuk sebagai direktur pelaksana, bersama Robby Djohan, Dirut Bank Mandiri saat itu, berhasil melakukan megamerger dan transformasi.
Karier Agus di perbankan semakin melesat setelah dipercaya menjadi Dirut Bank Permata (2002-2005) dan Dirut Bank Mandiri (2005-2010). Leadership-nya semakin teruji ketika kemudian dia dipercaya sebagai Menteri Keuangan (2010-1023) dan Gubernur BI (2013-2018).
Selama berkarier di perbankan Agus dikenal sebagai bankir yang saklek berpegang pada tiga prinsip: trust, integritas, dan profesional. Tiga prinsip inilah yang membuatnya berhasil menyelesaikan berbagai pemasalahan, baik saat memimpin Bank Bumiputera, Bank Permata, maupun Bank Mandiri. Seperti sang mentor, Robby Djohan, Agus adalah spesialis menyelesaikan masalah besar di korporasi yang dipimpinnya.
Pun saat menjadi Gubernur BI. Agus yang saat masuk BI inflasi Indonesia sedang membara di level 8,38%, berhasil dia tekan hingga ke level 3%. Itulah mengapa, dia kemudian distigma sebagai Gubernur BI yang hawkish, pro rezim suku bunga acuan tinggi dan tidak pro sektor riil.
Ada satu hal yang dilupakan orang. Agus menjabat Gubernur BI tepat di era yang dikenal sebagai taper tantrum, yakni gejolak ekonomi global pada 2013 yang dipicu langkah Bank Sentral AS mengakhiri kebijakan quantittative easing. Ini adalah kebijakan cetak uang dalam rangka memulihkan ekonomi AS paska krisis 2008.
Celakanya lagi, ini berbarengan dengan rebalancing ekonomi China. Salah satu periode ekonomi global paling rumit dalam dekade ini. Menaikkan suku bunga acuan adalah cari paling ampuh, meski banyak ditentang orang.
Sejarah mencatat, kebijakan Agus Marto sebagai salah satu kebijakan paling ekstrem yang pernah diilakukan BI: menaikkan suku bunga 175 basis poin, dari 5,75% menjadi 7,5%, hanya dalam rentang delapan bulan. Kebijakan ini sudah tentu memicu resistensi, baik dari eksternal maupun internal. Tapi, sejarah kemudian juga mencatat, kebijakan inilah yang menyelamatkan ekonomi Indonesia dari tekanan inflasi.
Selain ketegasan sikapnya terkait suku bunga acuan, Agus juga sangat ketat dalam hal anggaran. Saat menjadi Menkeu, Agus terbukti berhasil menjaga defisit fiskal. Hal ini terlihat dari rendahnya defisit anggaran. Ya, dia dikenal sangat disiplin menjaga APBN, meski banyak intervensi. Sebagai profesional dengan background bankir, Agus benar-benar memegang asas kehati-hatian.
Kisah Agus Marto “berkelahi” dengan para politisi di Senayan setiap kali membahas anggaran, sudah menjadi rahasia umum. Ketegasan sikap dan “kepala batunya” akan selalu dikenang. Ia kuat bertahan di area area yang sangat prinsipil.
Apakah atas pertimbangan ini, Agus kemudian ditunjuk sebagai Komisaris GOTO? Entahlah. Yang pasti, terlepas apapun alasannya, penunjukkan Agus sebagai pengawas direksi GOTO adalah langkah strategis di tengah tingginya ekspektasi para pemegang saham untuk membawa GOTO turn around: dari kondisi rugi menjadi laba.
Untuk membantu manajemen GOTO membalikkan keadaan dari rugi menjadi profit, Agus memang layak dipertimbangkan. He’is specialist.
Penulis: Darto W.