Jakarta – Dana Moneter Internasional (IMF) meminta Bank Sentral Eropa (ECB) untuk terus menaikkan suku bunga acuannya sampai pertengahan tahun 2024. Tingkat inflasi yang masih tinggi di Eropa membuat IMF tidak memiliki opsi lain kecuali meminta ECB untuk terus meningkatkan suku bunga acuannya.
“Rekomendasi kebijakan utama kami adalah untuk mengalahkan inflasi dan itu berarti kami perlu menggunakan instrumen kebijakan moneter. Untuk ECB itu berarti pengetatan lebih lanjut, pengetatan lebih lama. Kami perkirakan hingga pertengahan 2024, untuk menurunkan inflasi ke target pada tahun 2025,” ujar Kepala IMF dari Departemen Eropa Alfred Kammer, seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 28 April 2023.
“Anda perlu maju dan membunuh ‘monster’ (inflasi) itu,” tegasnya.
Inflasi utama pada 20 negara yang tergabung dalam penggunaan mata uang Euro adalah 6,9% secara tahunan di bulan Maret. Sedangkan inflasi intinya, yang tak mencakup harga energi dan makanan justru menunjukkan kenaikan yang lebih tinggi, yakni sebesar 7,5%.
Demi menekan tingkat inflasi ke level 2%, ECB secara agresif terus menaikkan tingkat suku bunga acuannya. Dari nol di pertengahan 2022 ke 3,5% di Maret kemarin.
Kammer lebih lanjut menyampaikan bahwa menteri keuangan Uni Eropa (UE) perlu turut mendukung ECB melalui pengurangan stimulus fiskal pada program ekonominya. “Inflasi tidak bisa hanya ditangani oleh bank sentral, anda perlu kebijakan fiskal untuk mendukungnya,” jelasnya.
Kammer juga menyadari bahwa ada fakta bila pengurangan substansial yang diharapkan dalam defisit anggaran di negara-negara UE tidak bisa dilakukan karena paket pemerintah untuk mendukung warga dalam membayar biaya energi yang tinggi terus diperpanjang.
“Maka dari itu, kami merekomendasikan sekarang, dengan harga energi turun, untuk menghapus paket biaya hidup. Dan jika tidak dihapus, bisa membuatnya lebih ditargetkan,” ucapnya.
“Bila anda memiliki kontribusi fiskal, itu artinya pengetatan suku bunga tidak perlu terlalu tinggi. Artinya suku bunga bisa tetap lebih rendah, yang juga berarti tekanan keuangan berkurang.”
Penulis: Steven Widjaja