Jakarta – Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB telah merilis data yang menunjukkan bahwa populasi Indonesia pada 2040 akan didominasi oleh generasi berusia di atas 60 tahun. Yang dengan kata lain, mengalami penuaan populasi atau aging population. Kondisi demikian tentunya berdampak negatif, tak hanya bagi aspek produktifitas nasional yang selama ini ditopang oleh bonus demografi, namun juga bagi generasi anak-anak muda saat ini yang dalam beberapa waktu lagi akan menopang kebutuhan generasi lansia yang sudah tidak produktif lagi.
Kondisi pahit ini tentunya bisa dimitigasi dengan layanan asuransi dan dana pensiun yang dapat menjamin kebutuhan hidup generasi lansia, sehingga mengurangi beban generasi muda yang masih produktif. Reza Yamora Siregar selaku Senior Exevutive Vice President IFG (Indonesia Financial Group) Progress, menyampaikan jika urgensi dari kebutuhan akan layanan asuransi dan dana pensiun akibat aging population itu sangat mendesak.
“Dana pensiun kita ini sekarang kontribusi employer itu 3%, jadi kalau anda bekerja, perusahaan tempat anda bekerja itu memberikan 3%, anda sendiri pekerja memberikan 3% dari income per bulan. Total 6%. Waktu saya mengajar di Australia dan di Universitas Nasional Singapura, saya itu berkontribusi untuk dana pensiun saya 7%, sedangkan universitas tempat saya mengajar itu berkontribusi 10%. Total 17%. Makanya, ketika saya pulang ke Indonesia saya bilang ke teman-teman ketika ada konferensi, yang saya cari pertama kali waktu saya balik ke Indonesia adalah insurance coverage. Karena kalau di luar negeri, saya tidak takut kehilangan pekerjaan, tapi saya takut kehilangan asuransi. Kalau saya kehilangan asuransi, saya tidak bisa ke rumah sakit, anak saya tidak bisa sekolah. Sedangkan bila kehilangan pekerjaan, saya bisa ambil magang dua sampai tiga pekerjaan untuk menutupi biaya hidup,” terang Reza pada acara Indonesia Financial Group National Conference 2023 di Jakarta, Selasa, 16 Mei 2023.
Reza juga menekankan perlunya perubahan pola pikir atau mindset mengenai asuransi dalam proses mitigasi dampak negatif aging population tersebut. Ia ungkapkan bahwa masih ada waktu 20 tahun ke depan untuk melakukan persiapan dan perbaikan dalam segala aspek, termasuk keuangan dan asuransi, untuk menghadapi isu aging population.
“Kita ini terus aging. Kita punya 20 tahun menyelesaikannya, karena berdasarkan data PBB itu pada 2040 populasi kita ini sudah menua. Populasi kita yang di atas 60 tahun ke atas itu besar nanti. Yang generasi muda nanti akan menopang kita yang sudah tidak produktif lagi, sudah tidak membayar pajak. Jadi, yang muda nanti yang akan bayar pajak untuk yang tua. Maka, ini urgensinya sangat tinggi sekali,” tegasnya.
Sementara itu, di kesempatan yang sama, Direktur Utama Indonesia Financial Group, Hexana Tri Sasongko, menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan edukasi terkait pentingnya asuransi. Ia menyampaikan jika berasuransi itu sama seperti mencari proteksi untuk income atau pekerjaan.
“Dan terkait dengan dana pensiun, karena akumulasi dana pensiun di Indonesia itu kecil, kebanyakan orang Indonesia itu jadi tidak siap pensiun. Di negara maju, ketika usia pensiun dinaikkan, demo para pekerjanya. Kenapa, bedanya adalah yang satu siap pensiun, yang satu lagi tidak siap pensiun. Maka dari itu, perlu juga edukasi kepada masyarakat bahwa program pensiun itu bukan berarti program pensiun yang diberikan oleh pemberi kerja, karena pensiun jaman sekarang sudah bisa anda buat sendiri seperti melalui dana pensiun lembaga keuangan atau DPLK misalnya. Yang akan memberikan manfaat pasti kepada pembayar iurannya,” ucap Hexana.
Penulis: Steven Widjaja