Jakarta – Ancaman kelangkaan beras secara global berpotensi muncul akibat India selaku pemasok beras utama dunia dikabarkan berencana untuk melarang ekspor beras.
Dikutip dari Independent, Senin, 17 Juli 2023, informasi terkait larangan ekspor beras ini berawal dari laporan yang dimuat Bloomberg, dimana sebuah sumber menyebutkan bahwa pemerintahan Perdana Menteri (PM) Narendra Modi tengah mendiskusikan rencana larangan ekspor semua beras non-Basmati.
Bila larangan ini benar diterapkan, maka India dapat melarang 80% berasnya untuk dieskpor. India sendiri adalah penyumbang 40% lebih ekspor beras global.
Hal itu bertujuan untuk membatasi risiko inflasi yang terus meningkat. India saat ini sedang berjuang melawan lonjakan harga pangan yang sangat tinggi, dimana komoditas sayur mayur seperti tomat, naik 400%. Sementara itu, mereka yang mengimpor beras dari India mengaku telah memberi perhatian khusus. Salah satunya Inggris, yang mengimpor senilai 127 juta pound atau setara Rp 2,5 triliun.
“Seiring dampak yang semakin parah, maka kelangkaan akan menaikkan harga makanan pokok yang kita impor dari luar negeri, yang tidak bisa kita tanam di sini saja,” ujar Gareth Redmond-King dari Unit Kecerdasan Energi dan Iklim yang berbasis di London.
Wacana larangan ini juga muncul di tengah kekhawatiran global atas dampak fenomena cuaca El Nino yang mendisrupsi sektor pertanian, yang semakin meningkatkan tekanan pada harga. Peristiwa cuaca siklik di Samudra Pasifik diketahui meningkatkan panas dan dapat memicu cuaca ekstrim.
India sendiri tengah menghadapi hantaman gelombang panas yang berulang dan musim hujan yang tak menentu. Kekeringan yang lama dan musim hujan yang lebih lebat dari biasanya bakal berdampak buruk bagi proses produksi tanaman.
Kekhawatiran terhadap kekurangan stok beras memicu aktivitas penimbunan. Beras berfungsi sebagai makanan pokok bagi sekitar setengah dari populasi dunia, dengan Asia saja berkontribusi terhadap sekitar 90% dari konsumsi beras dunia.
Negara importir disebut telah menimbun stok beras tahun ini. Indonesia, Tiongkok, dan Filipina disebut di antaranya.
“Memotong emisi menjadi nol bersih adalah satu-satunya cara menghentikan perubahan iklim untuk membatasi pemanasan dan menghindari dampak yang lebih buruk,” jelas Redmond-King.
Penulis: Steven Widjaja