Jakarta-Selasa pagi ini, emas global diperdagangkan menguat tipis setelah muncul kabar Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menebar ancaman perang dagang dan aktivitas manufaktur AS yang lesu.
Selasa (3/12/2019), harga emas menguat tipis 0,04% mencapai level US$1.462,5/troy ons pada 09.35 WIB. Sejak 5 November harga si logam mulia belum kembali ke level normal di US$1.500/troy ons.
Trump juga kembali menebar ancaman perang dagang saat perang dagang dengan Tiongkok belum kelar. Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk pada produk baja dan aluminium dari Brazil dan Argentina kemarin (2/12/2019).
Menurut Trump, kedua negara Amerika Latin tersebut sudah berlaku curang dengan mendevaluasi mata uangnya sehingga diuntungkan dalam aktivitas perdagangan. Hal ini ia sampaikan lewat akun Twitternya.
“Brazil dan Argentina telah melakukan devaluasi besar-besaran atas mata uang mereka, ini bukan hal baik bagi petani kita. Oleh karena itu, segera efektif, saya akan menerapkan lagi bea masuk semua baja dan aluminium yang masuk ke AS dari dua negara tersebut,” ujar Trump.
Di samping itu, Presiden ke-45 AS ini juga mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% atas produk impor asal Prancis senilai US$2,4 miliar. Trump menganggap Prancis telah melakukan diskriminasi atas layanan pajak digital bagi perusahaan asal AS, dilansir dari AFP.
Perwakilan Dagang AS mengemukakan fakta bahwa pajak yang tinggi telah dikenakan oleh Prancis terhadap perusahaan teknologi asal AS seperti Google, Apple, Facebook, dan Amazon.
Saat ini AS pun juga sedang melakukan investigasi terhadap tiga negara, yakni Italia, Australia, dan Turki. Jika negara-negara tersebut terbukti melakukan kecurangan, maka Washington tak segan-segan mengenakan bea masuk.
Sementara itu, terkait perkembangan negosiasi dagang dengan China, penasihat senior Presiden AS mengungkapkan bahwa kesepakatan dagang masih mungkin diteken akhir tahun ini.
Trump pun pada Senin (2/12/2019) berkata bahwa pengesahan UU pro-demonstran Hong Kong tidak membuat negosiasi dengan China berjalan lebih mudah. Namun ia percaya bahwa Beijing masih tetap menginginkan kesepakatan.
China pun saat ini mengeluarkan perintah yang melarang kapal-kapal militer serta pesawat terbang AS yang mengunjungi Hong Kong serta memberikan sanksi kepada organisasi non-pemerintah AS karena diduga mendorong para demonstran anti pemerintah di kota itu untuk melakukan kekerasan.
Faktor lain yang juga berpeluang membuat harga emas kembali naik adalah data aktivitas manufaktur AS bulan November yang lesu. Lesunya aktivitas manufaktur AS tercermin dalam PMI AS.
Indeks PMI manufaktur AS turun menjadi 48,1 pada November atau lebih buruk dari estimasi pasar yang memperkirakan jatuh pada level 49,4.
Angka di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi, sedangkan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi. Artinya aktivitas manufaktur AS bulan November mengalami kontraksi.
Ketika kondisi perekonomian global sedang tak kondusif, selera terhadap risiko para investor berkurang. Investor cenderung berburu aset-aset minim risiko seperti emas. Akibatnya harga si logam mulia jadi melambung. Sentimen yang ada saat ini memberikan ruang untuk emas kembali menguat.