Jakarta – Ekonom senior Anny Ratnawati memperingatkan pemerintah untuk waspada terhadap penurunan daya beli masyarakat. Anny menjelaskan muncul tren di mana pada kuartal 4 ini pertumbuhan ekonomi semakin mengalami perlambatan.
“Pola ini tentunya harus dibaca betul-betul dengan cermat,” ujar Anny, dikutip Selasa, 7 November 2023.
Dia menambahkan, data pertumbuhan ekonomi pada 2022 mengkonfirmasi adanya pelambatan pertumbuhan ekonomi setiap akhir tahun. Dia mencontohkan pada kuartal II 2022, pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 3,72%. Angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto kemudian melambat pada kuartal III menjadi 1,83% dan kembali menurun pada kuartal IV menjadi hanya 0,36%.
“Itu melandainya luar biasa,” tegasnya.
Mantan Wakil Menteri Keuangan RI itu berkata pola yang sama muncul di tahun ini. Dia menjelaskan secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II adalah 3,86% dan pada kuartal III menjadi 1,6%.
Pelambatan di akhir tahun inilah yang menyebabkan secara year on year pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun ini meleset dari target pemerintah. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III hanya sebesar 4,94% atau meleset dari proyeksi pemerintah yang di atas 5%.
“Kita harus antisipasi di kuartal 4. Kenapa? Karena pola datanya di kuartal 4 baik 2021, 2022 dan sebelum Covid itu biasanya ada pelandaian kembali di kuartal keempatnya,” ucapnya.
Anny mengatakan pemerintah juga harus memperhatikan inflasi pada bulan Oktober yang didominasi oleh volatile food. Dia mengatakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan akan sangat memukul daya beli masyarakat golongan bawah. “Yang 60-63% pendapatannya digunakan untuk konsumsi,” tuturnya.
Dia mengatakan lebih lanjut bahwa penurunan daya beli itu tidak hanya dirasakan oleh masyarakat kelas bawah, namun juga menengah. Sebab, inflasi terjadi berbarengan dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia.
“Sehingga ini memengaruhi daya beli golongan menengah. Golongan atas mereka mengambil posisi wait and see karena ada soal politik, masih ada fluktuasi kurs, ada capital outflow. Kemudian, ada sisi menarik dari investasi di government bond misalnya yang sudah naik menjadi 7%, jadi pilihan antara menyimpan dengan belanja di golongan atas ini juga memengaruhi daya beli secara total,” lanjutnya.
Sebagai informasi, pemerintah telah merancang sejumlah kebijakan dalam rangka menghadapi perlambatan ekonomi ini, di antaranya menyiapkan Bantuan Langsung Tunai El Nino sebesar Rp400 ribu yang akan digelontorkan di bulan November dan Desember 2023, bantuan sosial beras 10 kilogram di bulan Desember, hingga insentif di bidang properti yakni pembebasan Pajak Pertambahan Nilai untuk pembelian rumah komersil sampai harga Rp5 miliar.
Penulis: Steven Widjaja