Jakarta – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemanaker) mengakui adanya pekerjaan yang hilang dalam beberapa waktu belakangan ini, disebabkan oleh era teknologi dengan penggunaan mesin otomatis dan robot atau otomatisasi.
Keberadaan mesin dan robot tentunya membahayakan posisi dari pekerja atau buruh di Indonesia, apalagi buat mereka yang memiliki pendidikan, kompetensi, dan skill yang rendah.
“Keluaran pendidikan 1,8 juta masuk ke dalam naker (tenaga kerja) yang label pendidikan SMA, ini harus adjust untuk menghadapi otomatisasi,” beber Inspektorat Jenderal Kemnaker Estyarti Handayani pada acara Indonesia Digital Summit 2023: Proyeksi Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia 2024 – 2029 di Grand Ballroom, Jakarta, Selasa, 28 November 2023.
Kondisi ini direspons oleh Kemnaker melalui peningkatan kompetensi dan keterampilan untuk menambah skill para pekerja.
“Reskilling jadi bagian penting. Apa yang dilakukan Kemnaker? Link and match memastikan ketepatan dari kemampuan kompetensi tenaga kerja dengan tuntutan yang dihadapkan. Adanya Perpres 68 Tahun 2022 menjadi kunci mengintegrasikan revitalisasi supaya vokasi jadi betul-betul menjawab kebutuhan,” ucapnya.
Namun begitu, ia mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia kembali turun, meskipun belum terlalu signifikan. Hal ini disebabkan oleh angka pengangguran nasional yang meningkat paska pandemi Covid-19 menerjang perekonomian nasional dalam tiga tahun terakhir.
“Dari data BPS bulan Agustus 2023 menunjukkan bahwa pengangguran menurun, tapi belum mampu mencapai kondisi sebelum pandemi. Ini kondisi yang kita hadapi bersama, tapi kita tidak bisa diam saja menyikapi kondisi itu,” pungkasnya.
Penulis: Steven Widjaja