Jakarta – Kondisi geopolitik dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Dimulai dari konflik Rusia-Ukraina yang hingga kini belum usai, dilanjutkan dengan konflik Israel-Palestina yang berpotensi memecah koalisi geopolitik global semakin besar. Hal ini dikhawatirkan memengaruhi perekonomian negara-negara dunia, termasuk Indonesia.
Perdagangan komoditas pun dikhawatirkan terdisrupsi oleh kondisi geopolitik itu. Melihat situasi yang ada, Direktur Utama Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), Nursalam menyampaikan jika konflik di Timur Tengah yang sedang membara tak berdampak langsung bagi beberapa komoditas di Indonesia, terlebih timah.
“Saya kira timah itu kan suatu barang yang tak tergantikan ya. Saya kira selama kebutuhan elektronik, baterai, electrik vehicle (EV) dan sebagainya itu masih tinggi, saya kira tidak ada matinya,” sebut Nursalam pada konferensi pers ASEAN Tin Industry Conference 2024 di Jakarta, Kamis (13/6).
Ia katakan, pangsa market timah justru semakin lama akan semakin meningkat. Namun begitu, ia mewanti-wanti bahwa timah adalah sumber daya alam (SDA) yang tidak bisa diperbaharui. Oleh karenanya, sumber daya alam timah butuh dijaga secara serius.
“Makanya pemerintah, pertama, kenapa getol hilirisasi, supaya kita tidak obral raw material (bahan baku mentah). Kita harus membuat suatu barang jadi, sehingga ini memberikan nilai tambah bagi negara dan masyarakat,” ucapnya.
Kedua, lanjutnya, komoditas timah juga masuk dalam “komoditas lantas” (pelarangan dan pembatasan), yang tujuannya adalah sama, supaya penjualannya tak diobral secara penuh. Targetnya adalah menjual dengan kuantitas sedikit, tapi memiliki nilai tinggi.
“Karena ini barang berharga, jangan di-jor, gitu ya. Kalau China kan disimpan (reserved), kalau kita kan sebelumnya dijualin. Nah, sekarang dan ke depan pemerintah merencanakan ini harus dibuatkan produk di dalam negeri. Saya kira rencana pemerintah sudah cukup bagus dan baik,” sambungnya.
“Tinggal nanti yang dipikirkan adalah siapa end user dari produk jadi ini. Itu yang harus dipikirkan, serapannya berapa besar. Ini yang harus kita perhitungkan saya kira,” pungkasnya.
Terkait perdagangan timah, ICDX telah menjalankan perdagangan pasar fisik timah melalui bursa sejak tahun 2013. Dengan adanya bursa ini, ICDX telah menjadi salah satu ikon Indonesia di mata dunia. Dalam hal komoditas timah, Indonesia memiliki peran strategis di kancah dunia.
Dari sisi kapasitas produksi, berdasarkan laporan United States Geological Survey (USGS) tahun 2023 menyebutkan Indonesia berada di posisi 3 sebagai negara penghasil timah terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 52.000 metrik ton. Posisi 2 ditempati Myanmar dengan kapasitas 54.000 metrik ton, dan di posisi pertama negara penghasil timah terbesar di dunia ditempati Tiongkok dengan 68.000 metrik ton.
Penulis: Steven Widjaja