Jakarta – Teknologi semakin berkembang pesat dewasa ini. Misalnya, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang semakin marak digunakan pada berbagai bidang profesi. Salah satu turunan produk AI yakni AI generatif pun menjadi primadona saat ini. Berbagai kemudahan yang ditawarkan membuat teknologi satu ini menjadi hot issue.
Kecerdasan buatan generatif (AI generatif) sendiri adalah tipe AI yang dapat membuat konten dan ide baru, termasuk percakapan, cerita, gambar, video, dan musik. Teknologi AI mencoba meniru kecerdasan manusia dalam tugas komputasi nontradisional, seperti pengenalan gambar, pemrosesan bahasa alami (NLP), dan terjemahan.
Melihat kondisi yang berkembang saat ini, Anthanasius Tanubrata selaku Chief Executive Officer (CEO) BDO Indonesia menjelaskan sejumlah keuntungan penggunaan AI generatif pada perusahaan, khususnya perbankan. Pertama, AI generatif akan memudahkan manusia dalam meng-handle customer service (CS).
“24/7 yang emosinya berasa seperti bicara dengan manusia, seperti bicara dengan CS, tapi bedanya mungkin tidak pernah berantem, tidak pernah marah, tak pernah bangun salah sisi dari tempat tidur, serta tentu respon-responnya semakin lama semakin baik dan semakin cepat,” ujar Anthanasius pada acara webinar bertema “Peran Teknologi Digital dalam Meningkatkan Praktik Akuntansi” yang diadakan OJK dan CPA Australia, Kamis (11/7).
Kedua, lewat AI generatif, lembaga perbankan bisa memberikan masukan dan saran keuangan yang lebih terpesonalisasi. Bahkan, bisa memprediksi pengeluaran bulanan.
“Jadi, beberapa minggu sebelumnya saya sudah dikasih tahu bahwa tanggal segini, bulan lalu, atau tahun lalu, saya ada bill nih yang harus dibayar. Mungkin interaksi seperti ini dengan customer akan membuat customer nyaman untuk berada di bank rekan-rekan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan AI generatif bisa memberikan masukan kepada konsumen soal market trend atau strategi investasi yang lebih tepat guna dan tidak umum. Kemampuan itu didasarkan pada data konsumen yang ada, sehingga penyediaan produk ke konsumen bisa lebih terpersonalisasi.
Ketiga, bisa menganalisa kemungkinan adanya fraud transaction secara lebih cepat. Ia mencontohkan, sering kali konsumen dihubungi oleh pihak bank yang memberi tahu bahwa kemungkinan ada fraudulence transaction yang telponnya itu false positive. Dengan menggunakan AI generatif, kemungkinan besar false positive-nya bisa dikurangi.
“Lalu, mengurangi kerugian dan non-performing loan. Misalkan, dalam menentukan apakah seorang konsumen layak diberikan pinjaman. Kemudian, credit scoring dengan memakai AI power models. Ada pula study dari McKinsey bahwa loan processing time bisa berkurang hingga 70 persen,” imbuh Anthanasius.
Ia katakan lagi, melalui bantuan AI generatif yang tingkat kesalahannya minim, berpotensi mengurangi jumlah denda dari regulator jika menggunakan AI untuk program anti money laundering.
“Sehingga industri keuangan menjadi lebih efisien, aman, dan responsif terhadap kebutuhan pelanggan,” pungkasnya.
Penulis: Steven Widjaja