Jakarta – Indonesia akan menghadapi tahun politik pada 2024 mendatang. Ada banyak keraguan menyelimuti investor untuk melakukan investasi karena adanya potensi ketidakstabilan yang ditimbulkan dari gejolak politik.
Meskipun begitu, Country Manager dari Bank of America (BofA) Mira Arifin mengungkapkan pihak mereka yakin bahwa perekonomian Indonesia tidak akan terhambat karena adanya Pemilihan Umum (Pemilu) pada 2024 nanti. Sebaliknya, Mira menjelaskan bahwa Indonesia adalah tempat yang “nyaman” untuk melakukan investasi.
“Saya pikir jika kita melihat dengan seksama, kita bisa menemukan banyak penanaman modal asing dan masih ada pertumbuhan besar yang terus berlanjut menjelang pemilu ini,” tutur Mira kepada CNBC, dikutip pada Kamis, 16 November 2023.
Mira mengungkapkan justru jelang 2024, ada banyak investasi asing langsung (FDI) yang masuk ke Indonesia. Ini menunjukkan investor sudah memperhitungkan untung-rugi dari pilihan ini.
Sebagai informasi, data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi mencapai Rp349,8 triliun di kuartal II-2023, atau naik 15,7 persen secara year on year (yoy), dan meningkat 6,3% secara quarter to quarter (qtq) dibandingkan kuartal I-2023.
“Komitmen untuk berinvestasi di sini jauh lebih banyak dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. Masalah pemerintah dan tata kelola sudah benar-benar terselesaikan. Saat ini, Indonesia adalah lingkungan investasi yang sangat sangat nyaman dan semuanya itu akan berlanjut dalam beberapa tahun ke depan,” tutur Mira.
Lebih lanjut, Mira mengungkapkan BofA tengah menikmati peluang investasi di Indonesia. Pihak mereka menyorot kinerja instrumen ekonomi Tanah Air seperti Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan yang baik, bahkan mampu membawa ekonomi Indonesia pulih pasca pandemi Covid-19 dan menghadapi ketidakstabilan perekonomian global.
“Saya pikir sering kali orang fokus pada mengapa jumlah pertumbuhan PDB tidak mencapai target di atas 5 persen. Tetapi, Indonesia terus tumbuh di wilayah sekitar angka 5 persen dalam beberapa tahun terakhir,” puji Mira.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang melambat menjadi 4,94 persen (yoy) pada triwulan-III, meleset dari prediksi 5 persen. Namun, Mira menyebut kalau ini tidak menutup fakta kalau Indonesia adalah pasar yang potensial, lantaran punya jumlah penduduk banyak, demografi muda, serta pertumbuhan PDB yang terhitung konsisten.
Di samping itu, Mira juga mengatakan kalau saat ini Indonesia menjadi penyumbang nikel, logam, dan minyak ke berbagai negara. Ini membuat BofA optimis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.
“Indonesia adalah salah satu penyedia atau produsen nikel, logam, pertambangan, dan minyak. Pasokan minyak dan gas di Indonesia salah satu yang terbesar di dunia. Jadi kami sangat sangat optimis dengan pertumbuhan tersebut,” pungkasnya. (*)
Penulis: Mohammad Adrianto Sukarso