Jakarta-Ekonomi dunia sedang dihantui banyak ketidakpastian. Perang dagang yang berlangsung selama hampir dua tahun antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi penyebab.
Uni Eropa (UE) menjadi salah satu kawasan yang paling terdampak perang dagang. Ini dikarenakan UE merupakan salah satu mitra dagang utama AS dan China.
Parahnya, ternyata UE diserang AS dengan kenaikan tarif. Akibat kisruh Airbus dan Boeing, AS menaikkan tarif pada barang-barang impor asal UE.
Meresponi situasi ini, Duta Besar UE untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Piket, berkata bahwa posisi negara-negara Eropa sedang berada dalam kesulitan.
“Yang pasti kita lihat saat ini adalah periode paling sulit dalam perdagangan internasional (dalam kurun waktu) selama beberapa dekade. Kami melihat regresi dalam hal unilateralisme, proteksionisme, dan praktik balas dendam yang kami pikir hanya ada di masa lalu,” tuturnya, dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (3/12/2019).
“Itu (perang dagang) merusak sistem multilateral, khususnya WTO, dan kami sangat prihatin tentang itu. Itu juga membahayakan pertumbuhan dan globalisasi kita, termasuk di sini, Indonesia, dan juga di Eropa. Jadi kita memiliki dampak langsung (dari perang dagang) terhadap ketidakstabilan dan ekonomi kita.”
Piket mengatakan, perang dagang kini seharusnya dapat dihindari. Terutama jika apabila negara-negara yang terlibat mau menggunakan cara damai dalam menyelesaikan masalah perdagangan mereka.
Salah satu contohnya adalah dengan melibatkan pihak perantara atau arbiter untuk menengahi permasalahan yang ada. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) bisa menjadi salah satunya.
Di samping itu, negara-negara yang berkonflik seharusnya menempuh cara yang dapat lebih mempererat kerja sama, bukannya saling memecah antara satu dengan yang lainnya.
“Apa yang bisa kita lakukan dalam ketidakstabilan tentu saja anda harus mencoba menciptakan stabilitas dengan bekerja sama dengan mitra yang anda percayai, yang memiliki tujuan yang sama,” ujar Piket.
Berbeda dengan perang dagang AS-China yang disebabkan masalah defisit dan praktik perdagangan China yang tak adil, perang dagang AS-Eropa dipicu sengketa Boeing vs Airbus yang sudah terjadi sejak 2004.
Kedua pemain besar di industri aviasi itu saling tuduh bahwa pemerintah mereka memberikan subsidi yang tidak adil sehingga terjadi persaingan yang tak sehat. Kasus ini sudah dibawa dan dibahas di WTO.
Beberapa bulan lalu, WTO menyimpulkan bahwa AS menang dalam masalah ini. Akibatnya, AS mengusulkan pengenaan bea masuk bagi importasi dari Eropa hingga US$11 miliar, berlaku mulai 18 Oktober.
Sejumlah produk yang akan kena bea masuk antara lain pesawat Airbus sebesar 10%, anggur (wine), scotch, wiski, dan keju dengan bea masuk 25%.