Jakarta – Pertemuan antara jajaran menteri keuangan dunia dalam Spring Meetings IMF-World Bank 2024 sempat terganggu, akibat pandangan para delegasi yang hadir memusatkan perhatian pada dampak pelemahan ekonomi yang disebabkan konflik di Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel.
Hal ini diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) edisi April 2024, Jumat (26/4). Ia menceritakan kondisi yang terjadi kala Spring Meeting IMF-World Bank 2024 yang digelar pada awal April 2024 di Washington DC, Amerika Serikat.
“Mengenai hasil pertemuan IMF-World Bank kemarin sangat tersita oleh downside risks atau risiko yang besar baik karena geopolitik yang tereskalasi, seperti di Timur Tengah dan lain-lainnya,” tutur Sri Mulyani.
Selain konflik geopolitik, pusat perhatian para delegasi yang hadir dalam pertemuan itu juga jatuh pada tren suku bunga acuan bank sentral AS yang berpotensi masih akan terus naik, akibat tekanan inflasi di AS masih tinggi. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar dolar menguat terhadap mata uang negara lain, tak terkecuali rupiah.
“Ini sebabkan arus modal atau capital outflow terjadi di semua negara di luar Amerika. Ini pengaruhi dolar indeks yang menguat dan nilai tukar negara lain menjadi lebih lemah dan terkoreksi, sehingga suku bunga lebih tinggi dan capital outflow, nilai tukar menjadi pembahasan utama,” ucap Sri Mulyani.
Dalam pertemuan itu, negara-negara emerging markets yang masuk ke dalam bagian dari anggota G20 mengalami tekanan defisit APBN yang tinggi akibat keharusan negara menjaga stabilitas perekonomiannya. Sri Mulyani menjelaskan, defisit itu membuat rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) negaranya ikut meninggi.
“Sehingga dengan situasi ini, dengan nilai tukar yang tinggi di banyak negara, termasuk emerging markets di G20 sangat memberatkan fiskal mereka. Ini yang tentu menjadi tema yang menyerap perhatian besar dari menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral saat itu,” ungkapnya.
Walaupun demikian, ia menegaskan, Indonesia masih mampu menjaga stabilitas perekonomian dan fiskalnya sampai saat ini. Sri Mulyani menekankan, APBN Indonesia hingga April 2024 mampu surplus sebesar Rp8,1 triliun di tengah gejolak perekonomian itu.
Penulis: Steven Widjaja