Jakarta – Bank DBS melalui DBS Group Research memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran angka 5% di 2023, kembali ke angka pertumbuhan pra pandemi seperti pada 2015 sampai 2019. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai kembali normal ini didorong oleh sejumlah faktor, di antaranya arus investasi dan revitalisasi BUMN.
DBS Group Research menyatakan bahwa arus investasi domestik dan asing meningkat tajam di 2022, yang sekaligus menjadi pertanda positif untuk pertumbuhan investasi nasional di tahun ini. Total foreign direct investment (FDI) saja tercatat melonjak 47% secara tahunan di tahun lalu, menjadi US$45,6 miliar.
“Di antara sektor utama, logam dasar dan pertambangan menjadi penyumbang arus investasi terkuat dengan Singapura, Tiongkok, dan Hongkong menjadi investor utamanya. Dengan adanya arus investasi yang kuat itu, maka target investasi Indonesia di 2022 dapat tercapai, yakni di angka Rp1.207,2 triliun,” papar Radhika Rao selaku Senior Economist di DBS Group Research, dikutip dari laporan resmi, Rabu, 22 Februari 2023.
Pemerintah Indonesia kemudian menetapkan target investasi sebesar Rp1.400 triliun untuk tahun ini. Penyebaran investasi asing di Indonesia juga sudah tidak lagi terpusat di pulau Jawa. Porsi investasi di pulau Jawa tercatat terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.
“Jawa masih menikmati hampir setengah dari aliran investasi, tetapi porsinya secara total terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Porsi kue investasi lebih besar mengalir ke provinsi lain, seperti Sumatra dan Sulawesi,” tambah Rao.
Porsi investasi di Sulawesi meningkat, dari 5% di 2015 menjadi 17% di 2022. Peningkatan ini sejalan dengan semakin pentingnya komoditas, terutama nikel, yang telah menarik minat investor asing di seluruh rantai nilai. Kemudian, Sumatra menjadi daya tarik utama lainnya karena melimpahnya komoditas pertanian, termasuk kelapa sawit, karet, dan kopi.
Di samping itu, alasan utama lainnya di balik lonjakan FDI Indonesia adalah peralihan bersama ke komoditas hilir, smelter, dan aktivitas terkait. Tujuh belas smelter dibangun sejak 2021, dengan 31 smelter lagi dalam proses pembangunan. Dari jumlah tersebut, jumlah total proyek dan realisasi investasi tertinggi tercatat di nikel. Cadangan nikel domestik sendiri adalah yang terbesar di dunia, dengan jumlah 21 juta meganewton, atau 23,7% dari cadangan global.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Tercatat, kontribusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terhadap perekonomian nasional, yaitu sebesar Rp371 triliun atau sekitar 18% dari anggaran 2021, melalui pajak, dividen, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Terlebih, total aset seluruh BUMN setara dengan setengah PDB Indonesia atau sekitar Rp9.000 triliun.
Dan di bawah kepemimpinan Kementerian BUMN saat ini, banyak hal telah dilakukan untuk mereformasi BUMN, di antaranya melalui pembentukan perusahaan induk dan prakarsa restrukturisasi.
BUMN kini dikelompokkan menjadi dua belas perusahaan induk untuk mendukung strategi prioritas pemerintah, meningkatkan sinergi, dan memperkuat kapabilitas permodalan maupun pendanaan. Beberapa perusahaan induk besar tersebut bergerak di sektor energi, pertambangan, ultra-mikro, perkebunan, farmasi, dan pasokan makanan.
Beberapa program bantuan juga telah diluncurkan melalui badan usaha milik negara untuk melindungi rumah tangga berpenghasilan rendah. Beberapa program telah dijabarkan, termasuk Program Keluarga Harapan (PKH) untuk 10 juta rumah tangga, Bantuan Pangan Non-Tunai untuk 18,8 juta penerima, Bantuan Pelajar (Indonesia Pintar) untuk 17,9 juta siswa dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, dan Asuransi Kesehatan Universal (PBI) untuk 96,8 juta penduduk.
Salah satu program yang dipertahankan adalah KUR (Kredit Usaha Rakyat). Untuk program tersebut pemerintah menggandakan anggarannya, dari Rp100 triliun di 2017 menjadi Rp190 triliun pada 2022.
Program tersebut disalurkan oleh bank BUMN, termasuk Bank Rakyat Indonesia sebagai penyalur utama KUR. Di bawah Kementerian BUMN, pemerintah juga memiliki program pinjaman mikro di bawah MEKAR, yang diberikan kepada 12 juta usaha kecil dan mikro. Program ini dikhususkan untuk perempuan dan penduduk pedesaan.
“Jika dikombinasikan dengan KUR, program itu menjangkau lebih dari 20 juta peminjam, jumlah yang sangat berarti jika dibandingkan dengan 260 juta penduduk Indonesia,” tutup Rao.
Penulis: Steven Widjaja