Jakarta — Kementerian Perhubungan memprediksi, jumlah pemudik pada Lebaran 2023 ini mencapai 123,8 juta. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 47% secara nasional dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Jumlah yang tak sedikit, karena lebih 45 persen dari total jumlah penduduk Indonesia yang 273,8 juta jiwa. Jika dikelola secara benar, momentum mudik Lebaran ini bisa membawa dampak positif bagi perekonomian nasional.
“Asumsinya, jika selama musim Lebaran 2023 per orang yang mudik spending Rp1,5 juta, maka akan ada perputaran uang sebesar Rp185,7 triliun,” ujar Ketua Departemen SDA Hayati DPP PKB, Fuidy Luckman, kepada wartawan di Jakarta, Rabu, 12 April 2023.
Menurut Fuidy, setidaknya ada empat sektor yang akan terdampak langsung dari momentum mudik Lebaran. “Dampak positif yang bisa menjadi triger bagi pemulihan ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Pertama, sektor transportasi. Sektor ini yang pertama ketiban berkah dengan meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan perjalanan antarkota untuk keperluan mudik.
“Selama pandemi Covid-19, sektor transportasi mengalami paceklik sangat dalam karena ada pembatasan aktivitas penduduk. Sekarang mereka siap-siap panen,” tutur Fuidy.
Kedua, sektor pariwisata. Sektor ini selama pandemi juga mengalami tekanan dalam, dan sampai saat ini belum pulih. Provinsi Bali adalah provinsi paling dalam mengalami tekanan ekonomi karena selama ini bergantung pada sektor pariwisata.
“Selama musim Lebaran nanti, hampir semua tempat wisata juga akan dikunjungi pemudik. Hunian hotel juga akan mengalami kenaikan signifikan,” tegasnya.
Ketiga, sektor makanan dan minuman. Di mana ada kerumunan, di situ pasti ada makanan dan minuman. Bahkan, sejak masuk bulan puasa, konsumsi masyarakat sudah mengalami peningkatan.
“Puncaknya ketika momen mudik dan orang melakukan redistribusi, bertemu dengan keluarga dan melakukan perjalanan, perlu makan dan minum, ini akan mendorong peningkatan konsumsi,” paparnya.
Keempat, sektor tekstil. Sektor tekstil meningkat dipicu oleh spending orang untuk membeli pakaian Lebaran. Hal ini mendorong naiknya permintaan tekstil sehingga menaikkan produksi.
“Keempat sektor ini bisa menjadi penggerak pemulihan ekonomi yang sempat anjlok terdampak pandemi Covid-19,” ujar Fuidy.
Selain itu, lanjut Fuidy, ini bisa menjadi momentum bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk ikut memanfaatkan pergerakan ekonomi yang besar itu.
“Sektor makanan minuman, pariwisata, dan tekstil melibatkan langsung UMKM. Jadi, momen Lebaran ini bisa juga dijadikan langkah awal untuk meningkatkan produktivitas UMKM,” tutupnya. (*)