Oleh Harapman Kasan, Wholesale Banking Director, Bank UOB Indonesia
Jakarta – Lebih dari 10 juta kendaraan listrik telah digunakan di seluruh dunia. Data dari the International Energy Agency menyebutkan bahwa angka ini akan terus meningkat.
Produsen mobil juga terus berupaya menarik lebih banyak masyarakat untuk menggunakan kendaraan listrik, termasuk sepeda motor listrik dan kendaraan sport (SUV). Seiring dengan peningkatan popularitas layanan pengiriman antar langsung rumah, perusahaan-perusahaan terdorong untuk mengumumkan rencana beralih ke kendaraan listrik untuk armada pengiriman mereka dalam upaya membantu mengurangi jejak karbon dan meningkatkan keberlanjutan dalam menjalankan usaha.
Dalam hal global kendaraan listrik itu sendiri, Indonesia memiliki rencana besar untuk menjadi pemain utama dan ingin terus memperkuat posisinya. Pemerintah Indonesia bahkan telah menetapkan target mengoperasikan 2,1 juta sepeda motor listrik dan 400.000 mobil listrik pada tahun 2025. Tujuan ini tercapai dengan diluncurkannya peta jalan senilai US$17 miliar. Dari jumlah kendaraan listrik tersebut, 20 persen akan diproduksi di dalam negeri.
Pasar kendaraan listrik Indonesia memang masih dalam tahap perkembangan. Adapun 14,400 kendaraan listrik yang beroperasi hingga bulan November 2021 terdiri dari 12.464 sepeda motor dan 1.656 mobil listrik.
Hal penting yang juga perlu dicatat, Indonesia kaya akan sumber daya mineral yang dibutuhkan industri kendaraan listrik seperti alumina, kobalt, mangan, dan nikel. Nikel sendiri merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam produksi baterai lithium-ion. Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sebesar 21 juta ton atau 22,3 persen dari cadangan nikel dunia. Adapun 25 hingga 40 persen dari biaya pembuatan sebuah kendaraan listrik adalah untuk baterai.
Indonesia menyimpan cadangan nikel
Pada tahun 2013, ekspor bijih nikel Indonesia mencapai 64 juta ton, atau 35 persen dari ekspor global. Namun, pada tahun berikutnya, Indonesia memberlakukan larangan ekspor mineral (termasuk nikel). Kebijakan ini merupakan sebuah langkah yang dirancang untuk mendorong pengembangan fasilitas pemrosesan di dalam negeri dan mengurangi laju penipisan cadangan nikel.
Larangan ekspor kemudian dilonggarkan pada awal tahun 2017. Pada saat itu, bijih nikel dengan kadar tertentu (di bawah 1,7 persen) diperbolehkan. Namun, Pemerintah menghentikannya pada bulan Januari 2020 dan kembali mengumumkan larangan penuh ekspor bijih nikel menyusul meningkatnya jumlah pabrik peleburan nikel dan berfokus pada pengembangan rantai pasokan kendaraan listrik yang terintegrasi yang terdiri dari seperti penambangan, pemrosesan, dan produksi baterai.
Menyusul pelarangan tersebut, Indonesia telah mencatatkan hasil positif berupa peningkatan investasi dalam pembangunan smelter serta kegiatan pengolahan hilir lainnya. Dalam pengolahan ini, nikel mentah diolah menjadi produk akhir yang lebih bernilai tinggi seperti baterai litium dan paket baterai yang dibutuhkan untuk mobil listrik. Hingga bulan Agustus 2021, ada 13 smelter nikel yang beroperasi. Pemerintah memproyeksikan total 30 smelter nikel yang beroperasi pada tahun 2024.
Indonesia juga telah mengeluarkan Omnibus Law yang menyederhanakan peraturan dari 79 undang-undang menjadi satu undang-undang. Menurut Omnibus Law yang baru ini yang mulai berlaku pada bulan Februari 2021, pengolahan nikel kini menjadi bagian dari ‘sektor prioritas’ untuk investasi asing. Akan tetapi, perusahaan tambang asing diwajibkan untuk mendivestasikan saham yang dimiliki pemegang saham asing setelah 10 atau 15 tahun berproduksi sehingga pada tahun ke-15 berproduksi, 51 persen saham akan dipegang pemegang saham dalam negeri.
Sinyalemen kuat pemerintah telah membantu menarik produsen baterai kendaraan listrik dari Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan untuk membandung basis produksi di Tanah Air.
Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia (BKPM) memfasilitasi investasi LG yang berbasis di Korea Selatan dan CATL dari Tiongkok di industri sel baterai kendaraan listrik masing-masing senilai US$9,8 miliar dan US$5,2 miliar. Baik LG dan CATL berkeinginan untuk menjadi bagian dari rantai pasokan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia dari hulu ke hilir, yang terdiri dari pertambangan, peleburan, dan pemurnian serta industri prekursor dan katoda yang vital dalam produksi baterai kendaraan listrik. Upaya aktif lainnya yang tengah digencarkan adalah pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara yang berlokasi di Karawang New Industrial City di Jawa Barat.
Upaya kolaboratif senilai US$1,1 miliar ini dijalin antara PT HKML Battery Indonesia milik konsorsium perusahaan Korea Selatan dan PT Industri Baterai Indonesia, anak perusahaan pertambangan milik negara. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa investasi di pabrik tersebut menunjukkan kesediaan pemerintah untuk memanfaatkan cadangan nikel Indonesia yang kaya.
Pabrik ini diharapkan selesai pada tahun 2022 dan pasokan baterai pertamanya akan dibuat untuk produsen kendaraan listrik Korea Selatan Hyundai Motor. Pabrik berskala penuh pertama mereka di Asia Tenggara yakni the PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) plant akan menjadi tempat perakitan Hyundai Ioniq 5.
Mengapa produsen kendaraan listrik dan baterai perlu beralih ke Indonesia?
Upaya Indonesia untuk menjadi pemain utama di dunia dalam rantai pasokan kendaraan listrik telah terbukti membuahkan hasil, terbukti dengan semakin banyak produsen yang memilih negara-negara di Asia Tenggara sebagai lokasi alternatif selain Tiongkok. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah yang akan menopang pertumbuhan dan ambisi keberlanjutannya.
Selain berkat kekayaan sumber daya mineralnya, tujuan Indonesia untuk membangun rantai pasokan yang lengkap semakin dapat diwujudkan dengan dukungan pemerintah yang kuat. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Indonesia Febrio Kacaribu menyatakan bahwa upaya mendorong industri kendaraan listrik merupakan bagian dari inisiatif pemerintah untuk mengurangi emisi gas sebesar 29 persen pada tahun 2030 dan mencapai emisi karbon nol pada tahun 2060. Hal ini tentunya sejalan dengan inisiatif Transisi Energi Berkelanjutan yang merupakan salah satu dari tiga isu prioritas yang disepakati dalam pertemuan para pemimpin keuangan G20 tahun ini.
Selain itu, kesiapan Indonesia untuk beralih kepada kendaraan listrik terbukti membawa dampak positif bagi untuk tujuan Indonesia untuk menjadi pemain global. Lebih dari 70 persen masyarakat Indonesia yang mengikuti survei pada tahun 2020 menyatakan ketertarikan untuk memiliki kendaraan listrik berdasarkan studi yang dilakukan Universitas Indonesia. Masalah lingkungan disebut sebagai alasan utama.
Perusahaan teknologi penyedia jasa di Tanah Air seperti Gojek, Grab dan Blue Bird, juga telah menyatakan minat untuk berkontribusi pada ekosistem kendaraan listrik. Adapun Gojek telah menyatakan keinginan untuk mengalihkan armada kendaraan mereka ke kendaraan listrik pada tahun 2030.
Insentif bagi kendaraan listrik untuk mempercepat transisi
Pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa kebijakan dan insentif perlu digulirkan dalam mendorong percepatan produksi baterai kendaraan listrik. Hal tersebut diwujudkan dengan pemberlakuan Perpres Nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Baterai Kendaraan Listrik (BEV) untuk Angkutan Jalan (PR 55/2019).
PP tersebut menetapkan industri BEV sebagai sektor prioritas di Indonesia yang terbuka untuk 100 persen kepemilikan asing dan telah menunjukkan persentase komponen lokal yang diperlukan untuk memproduksi baterai kendaraan listrik. Misalnya, ada konten lokal minimum 60 persen (tergantung jenis BEV) pada tahun 2024 yang akan dinaikkan secara berkala hingga maksimal 80 persen pada tahun 2026 atau 2030 (bergantung pada jenis kendaraan). Ini merupakan upaya mendorong perusahaan lokal untuk menjadi bagian dari peta jalan menuju kendaraan listrik.
Insentif lainnya berupa tax holiday, allowance, pembebasan bea masuk, dan atau insentif non fiskal berupa kemudahan memperoleh izin usaha, izin kerja, infrastruktur pendukung, dan jaminan pasokan energi atau bahan baku.
Dalam hal pembebasan pajak, bisnis kendaraan listrik dengan investasi modal lebih dari Rp500 miliar akan mendapatkan pengurangan 100 persen pajak penghasilan badan, sementara investasi senilai Rp100-500 miliar akan memperoleh pengurangan pajak penghasilan badan sebesar 50 persen.
Langkah ke depan
Meskipun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia masih dalam masa pertumbuhan, prospek kemajuan ekonomi dan lingkungan yang positif di Tanah Air tetap menjanjikan.
Bahkan, pemerintah telah berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 29 persen di bawah business-as-usual pada tahun 2030 – ini memang bukan prestasi yang berarti mengingat volume kendaraan non-listrik yang beroperasi. Pada tahun 2021, 143 juta kendaraan aktif tercatat di Indonesia. 84 persen di antaranya adalah sepeda motor dan sisanya adalah mobil, bus, dan truk. Dengan kendaraan ICE (mesin pembakaran internal) yang masih mendominasi jalanan, transisi menuju skuter listrik dapat menjadi langkah yang penting untuk mencapai tujuan penggunaan kendaraan listrik.
Penggunaan kendaraan listrik yang terus digencarkan di Indonesia juga akan memerlukan sinergi yang berkelanjutan antara pemangku kepentingan pemerintah, badan usaha milik negara, dan sektor swasta. Sebagai contoh, kolaborasi tersebut dapat dilihat dalam bentuk stasiun pengisian kendaraan listrik. Sejak tahun 2021, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menyiapkan stimulus server dan skema bisnis dengan tujuan meningkatkan kemitraan dengan perusahaan swasta untuk mempercepat perluasan stasiun pengisian kendaraan listrik. Seiring dengan berjalannya waktu, upaya ini akan membantu meredam kekhawatiran akan kurangnya infrastruktur pengisian daya publik yang dianggap sebagai kekhawatiran terbesar di kalangan konsumen Indonesia terkait kendaraan listrik bertenaga baterai itu.
Di UOB, kami menyadari realitas masalah terkait iklim yang ada saat ini serta langkah-langkah aktif yang dapat diambil untuk mengatasinya. Dengan jaringan yang kuat di seluruh Kawasan ASEAN dan akses ke wawasan pasar, kami berkomitmen menghadirkan solusi perbankan yang holistik bagi para pemain di industri kendaraan listrik yang ingin berbisnis di Asia Tenggara.