Jakarta-Proses perampungan dari kesepakatan dagang ‘fase satu’ antara Amerika Serikat (AS)-China tidak akan terjadi tahun ini.
Kedua negara ini selalu menemui kebuntuan dalam setiap perundingan yang dilakukan. Hal ini diungkapkan Reuters melalui narasumber eksklusifnya yang berada di lingkaran Gedung Putih, seperti dikutip CNBC Indonesia, Kamis (21/11).
China yang terus-menerus menekan AS untuk menghapuskan lebih banyak tarif impor membuat pembicaraan mandek.
Di samping itu, para pakar perdagangan dan sumber-sumber Reuters mengatakan negosiasi kini menjadi lebih rumit, karena menurut Trump, untuk mengurangi bea masuk akan membutuhkan kompensasi yang lebih besar.
Sehingga harus ada hal yang lebih dari sekedar isu kekayaan intelektual dan transfer teknologi inti serta ekspor pertanian yang diajukan pemerintahan AS.
Padahal, 11 Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin sudah mengatakan bahwa kesepakatan dagang akan ditandatangani lima minggu setelah pertemuan tersebut. Namun demikian, hal itu hingga kini belum bisa terealisasi.
Sementara itu, para pejabat negeri tirai bambu menyatakan bahwa Presiden China Xi Jinping dan Trump mungkin akan menandatangani kesepakatan pada awal Desember. Itu dikarenakan China berupaya memperoleh kesepakatan sebelum 15 Desember tiba.
Pada 15 Desember, AS telah menjadwalkan untuk menerapkan tarif impor baru pada barang-barang China senilai US$156 miliar. Barang-barang itu termasuk barang elektronik dan dekorasi natal.
Banyak pihak meyakini bahwa bila kesepakatan tersebut dapat disepakati sebelum tanggal 15 Desember, maka tarif impor baru tersebut akan batal diimplementasikan.
“Jika pembicaraan benar-benar berjalan dengan baik, kenaikan itu akan ditangguhkan,” kata Christian Whiton, seorang rekan senior untuk strategi dan perdagangan di Pusat Kepentingan Nasional, dan mantan penasihat administrasi Trump dan George W. Bush.
“Jika tidak, AS akan menerapkan (tarif)-nya dan itu akan membuat perang dagang berlanjut ke tahun depan,” tambahnya.
Ketika ditanya mengenai progres perundingan ‘fase satu’ tersebut, juru bicara Gedung Putih Judd Deere mengatakan bahwa kedua ekonomi terbesar di dunia itu terus membuat kemajuan.
“Negosiasi terus berlanjut dan kemajuan sedang dibuat pada teks perjanjian ‘fase satu’,” katanya dalam email pada Rabu sore.
Media pemerintah China Xinhua turut melaporkan bahwa panggilan antara Mnuchin, Lighthizer, dan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada Sabtu cukup konstruktif. Namun, para pakar media China masih pesimis terhadap kesepakatan tersebut.
“Beberapa orang China percaya bahwa China dan AS dapat mencapai kesepakatan segera,” ujar Hu Xijin, editor tabloid China Global Times, melalui Twitter, Rabu.
“China menginginkan kesepakatan tetapi siap untuk skenario terburuk, perang dagang yang berkepanjangan.”