Oleh Karnoto Mohamad, Wakil Pemimpin Redaksi Infobank
BIRO Riset Infobank kembali mengumumkan hasil Rating 105 Bank Umum 2024. Dalam kajian rating kali ini, ada tantangan bagaimana bank yang modalnya makin besar untuk bisa memproduktifkan modal dan aset ketika pertumbuhan kredit hanya di kisaran 10%. Sementara bank-bank papan bawah juga dilematis karena modalnya terbatas dan skala bisnis yang rendah.
Ketika penguatan modal harus dilakukan untuk memenuhi ketentuan regulasi maupun, tapi di sisi lain rasio kecukupan modalnya masih sangat tebal. Artinya, modal yang ada banyak yang tidak produktif. Tercatat ada 72 bank beraset kurang dari Rp50 triliun memiliki capitalo adequacy ratio (CAR) rata-rata 48,88%, atau lebih tinggi dari 21 bank beraset di atas Rp100 triliun yang memiliki CAR rata-rata 24,63%.
Menurut kajian Biro Riset Infobank, basis usaha bank mempengaruhi tingkat rentabilitasnya. Pada 2023, 72 bank yang asetnya kurang dari Rp50 triliun mencatat return on equity (ROE) rata-rata hanya sebesar 5,04% dan return on assets (ROA) cuma 1,13%. Bandingkan dengan 31 bank beraset di atas Rp50 triliun, rata-rata memiliki ROE sebesar 10,19% dan ROA sebesar 1,73%.
Jika tanpa menghitung rentabilitas KB Bank yang tahun lalu masih negatif, ROE dan ROA dari 30 bank terbesar mencapai sebesar 12,23% dan 2,04%. Indikator tersebut diperjelas dengan rentabilitas 21 bank beraset di atas Rp100 triliun yang rata-rata mencatat ROE sebesar 12,62% dan ROA sebesar 2,15%.
Lebih rendahnya rentabilitas bank-bank papan bawah dipengaruhi oleh daya saing terutama dalam merebut dana pihak ketika. Alhasil, bank-bank papan bawah misalnya di 62 bank dalam KBMI-1 modalnya menjadi kurang produktif karena rata-rata memiliki CAR yang tinggi hingga 43,88%.
Tahun lalu, kredit bank-bank dikelompok ini hanya tumbuh 9,4% salah satunya karena tertahan oleh ketatnya likuiditas dimana rata-rata loan to deposit ratio (LDR) mencapai 103,28%, misalnya LDR bank-bank swasta yang memanas seperti Krom Bank yang 527,91%, Bank Amar Indonesia 373,61%, Super Bank Indonesia 316,89%, dan Sinhan Indonesia 145,13%.
Indikator tersebut membuktikan bahwa skala usaha sangat mempengaruhi daya saing dan kemampuan bank dalam mencetak rentabilitas. Saat ini, kredit yang menghasilkan pendapatan bunga memang masih menjadi mesin utama pendapatan bank-bank.
Namun, seperti beberapa tahun terakhir hingga ke depan, NIM perbankan bisa mengalami tren penurunan seiring dengan kompetisi di pasar terbuka maupun melonjaknya beban bunga saat suku bunga tinggi sehingga bank-bank harus berusaha membesarkan peran pendapatan berbasis komisi untuk mempertahankan pertumbuhan pendapatan.
Bank yang seluruh pendapatannya bersumber dari pendapatan bunga bersih harus berhati-hati karena rentabilitasnya bisa langsung tertekan ketika kualitas kreditnya dibayang-bayangi kredit macet yang trennya naik seperti terjadi pada 2024 ini.
Seperti apa rentabilitas 105 bank umum yang menjadi salah satu variable penilaian dalam Rating 105 Bank versi Infobank 2024? Bank mana yang naik kelas dari KBMI-1 ke KBMI-2 dan dari KBMI-2 ke KBMI-3? Bank mana meraih skor tertinggi dan bank mana yang berhasil mempertahankan kinerja Sangat Bagus selama 20 dan 25 tahun berturut-turut?
Simak juga 417 BPR yang bekerja keras hingga mampu bertahan dengan kinerja sangat bagus di tengah melambatnya segmen kredit UMK di Majalah Infobank Nomor 556 Agustus 2024.