Jakarta – Otoritas Moneter Singapura atau Monetary Authority of Singapore (MAS) membeberkan jika pihaknya harus menanggung kerugian atau net loss sampai US$23 miliar demi memperketat kebijakan moneternya dalam menanggulangi inflasi.
Direktur Pelaksana Otoritas Moneter Singapura Ravi Menon mengatakan bahwa cadangan devisa yang dimiliki otoritas tergerus untuk memerangi lonjakan harga di negara kota itu.
Otoritas Keuangan Singapura mencatat kerugian sebesar 30,8 miliar dolar Singapura hingga Maret 2023 lalu.
“Mencerminkan dampak pengetatan kebijakan moneter untuk menurunkan inflasi. Ini merupakan kerugian terbesar yang tercatat oleh otoritas,” jelas Ravi Menon dalam rilis laporan tahunannya, seperti dikutip dari AFP, Rabu, 5 Juli 2023.
Lebih lanjut, Ravi mengungkapkan bahwa 70% dari kerugiannya atau sebesar 21,4 miliar dolar Singapura ditujukan untuk menstabilkan nilai tukar dolar Singapura.
Sedangkan 30%-nya lagi, ditujukan untuk operasi pasar uang demi membersihkan kelebihan likuiditas pada sistem perbankan. “Inflasi jelas memuncak dan telah dimoderasi,” tutur Ravi.
Hasilnya, inflasi inti pada basis tahunan yang disesuaikan secara musiman, drop dari level tertinggi 9,1% di Juni 2022 ke 3,6% di Mei 2023.
Namun begitu, Ravi memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Singapura bakal meredup dan perekonomian berjalan sedikit di bawah standar kapasitas. Hal ini dikarenakan sektor manufaktur dan jasa keuangan yang adalah dua pilar utama penopang ekonomi Singapura berhenti dalam beberapa kuartal terakhir.
“Pertumbuhan ekonomi akan tetap lemah dalam waktu dekat,” tambahnya.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan Singapura pada Mei 2023, memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 0,5% sampai 2,5%.
Sebagai informasi, bank-bank sentral di semua negara telah melakukan inisiasi untuk meredam dampak kenaikan harga paska invasi Rusia ke Ukraina di tahun lalu. Invasi itu mendisrupsi pasokan minyak dan gas secara global.
Kebijakan menaikkan suku bunga pun tak bisa dihindari oleh bank-bank sentral itu. Singapura yang kebanyakan barangnya diimpor akhirnya memperkuat nilai tukarnya demi menekan harga barang-barang impor.
Strategi penguatan nilai tukar ini kemudian berdampak pada cadangan devisanya yang tergerus banyak.
Penulis: Steven Widjaja