Jakarta – Dunia terus mengalami perubahan. Mereka yang tak bisa beradaptasi dengan perubahan akan tersisihkan dengan sendirinya. Begitulah hukum alam yang ada. Zaman saat ini memasuki era digitalisasi dan globalisasi. Tingkat kebutuhan akan kecepatan, kepraktisan, dan efisiensi, semakin meningkat di masyarakat. Yang pada akhirnya membuat berbagai layanan perlu mengadopsi prinsip-prinsip itu melalui adopsi teknologi, seperti salah satunya teknologi artificial intelligence (AI).
Di samping teknologi, globalisasi turut memberikan pengaruh pada perubahan yang cepat dan dinamis itu. Persebaran informasi pasar dan perdagangan lintas negara semakin tak kenal batas, yang pada akhirnya memicu timbulnya negara-negara kekuatan ekonomi baru di dunia, seperti yang diungkapkan Chief Investment Officer HSBC Global Private Banking and Wealth for Southeast Asia and India, James Cheo.
James katakan, Asia Tenggara (ASEAN) dan India saat ini adalah beberapa wilayah dengan kekuatan ekonomi baru yang terus naik daun dewasa ini.
“Saya menyebut Asean dan India dengan singkatan AI. Bukan AI artificial intelligence, tetapi Asean dan India yang menurut saya akan sangat kuat. Menurut saya, Asean dan India ini adalah AI baru yang bakal sama besar atau bahkan lebih besar ketimbang artificial intelligence,” ucap James pada acara HSBC Global Private Banking Investment Outlook Q3 2024 di Jakarta, Selasa, 4 Juni 2024.
Ada sejumlah alasan mengapa ia mengatakan hal itu. Pertama, Asean dan India memiliki proporsi demografi yang sangat baik dibandingkan negara lainnya. Populasi di setiap negara maju tengah mengalami penuaan (aging population), bahkan Tiongkok juga sedang mengalami penurunan populasi muda karena meningkatnya jumlah penduduk tua di negara itu. Sementara di Asean dan India jumlah penduduk usia muda sedang bertumbuh, di mana bila populasi pada kedua wilayah itu digabung maka jumlahnya mencapai lebih dari 2,1 miliar orang.
Kedua, dari sisi tingkat konsumsi, Asean dan India mengalami pertumbuhan tingkat konsumsi setiap tahunnya, yang mencapai sekitar 5 sampai 6 persen pada setiap tahun. Kondisi itu menciptakan nilai transaksi hingga USD350 miliar, yang mana nilai itu terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya.
“Dan bila kita melihat India sejak delapan tahun lalu, pasar India adalah satu-satunya pasar di dunia yang memberikan earning positif secara berturut-turut. Bahkan, selama Covid, earning-nya positif. Bahkan, selama 2022 itu masih memberikan hasil return yang positif,” papar James.
Lebih lanjut, ia katakan, pemerintah India saat ini berencana memberikan dana USD500 miliar untuk pembangunan infrastruktur di negaranya. Jika hal ini mendapatkan dukungan dan terealisasi, maka itu bakal mendongkrak perekonomian India lebih besar lagi ke depannya. Selain itu, landscape ekonomi masyarakat India saat ini sudah sangat terdigitalisasi, yang bisa dilihat dari dikuasainya pasar ekonomi digital oleh seperempat penduduk India.
“Bukan hanya pasar konsumen melalui digitalisasi yang mereka kuasai, tapi juga pangsa ekspor yang mana di India mereka menyebutnya sebagai ekspor jasa (services exports). Ini berupa layanan jasa digital yang di-outsourcing oleh perusahaan di negara lain, jadi para profesional, IT, konten, SDM yang India sediakan. Dan ini adalah pangsa market yang kuat bagi India di mana nilainya mencapai sekitar USD300 miliar dalam hal ukuran payroll-nya. Ini yang mendorong sektor ekspor India cukup kuat,” pungkasnya.
Penulis: Steven Widjaja