Jakarta – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini (21/11) diprediksi masih akan melemah terbatas seiring dengan persepsi pasar mengenai arah suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
“Hari ini BI akan mengumumkan kebijakan moneternya. BI kemungkinan tidak memangkas suku bunga acuannya sejalan dengan sinyal tidak akan memangkas suku bunga lagi dari The Fed,” kata Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra kepada infobanknews di Jakarta, Kamis 21 November 2019.
Sebagai informasi, pada RDG BI periode Oktober yang lalu, BI kembali menurunkan BI7-DRR sebesar 25 basis points (pbs) menjadi 5% sehingga sejak sepanjang 2019, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali berturut atau mencapai 100 bps dari tahun lalu yang mencapai 6%.
Selain itu, pergerakan rupiah masih bergantung pada berlanjutnya proses menuju negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok. Ariston menyebut, semalam Trump memberikan komentar negatif bahwa Tiongkok tidak selaras dengannya dalam negosiasi.
“Tiongkok kemungkinan menginginkan penghapusan tarif impor yang lebih besar di fase 1 ini. US$ terhadap IDR kemungkinan bergerak di kisaran 14.050-14.120,” tukas Ariston.
Sebagai informasi, pada pembukaan perdagangan hari ini (21/11) Kurs Rupiah berada di level Rp14.090/US$ posisi tersebut stagnan bila dibandingkan pada penutupan perdagangan kemarin (20/11) yang masih berada di level Rp14.090/US$.
Sementara, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, (21/11) kurs rupiah berada pada posisi Rp14.112/ US$ terlihat melemah dari posisi Rp14.097/US$ pada perdagangan kemarin (20/11). (*)