Surabaya – Jawa Timur mencatatkan pertumbuhan ekonomi dengan angka tertinggi di antara provinsi-provinsi di Pulau Jawa sebesar 5,47%. Pertumbuhan itu memberikan gambaran giat setiap elemen dan sektor perekonomian di Jawa Timur sehingga bisa pulih dari krisis akibat Pandemi. Namun inflasi yang masih terjadi di Indonesia masih membayangi Jawa Timur untuk mengendalikannya.
Emil Elistianto Dardak selaku Wakil Gubernur Jawa Timur mengungkapkan, pada bulan Agustus 2022 Jawa Timur mencatatkan inflasi sebesar 0,09% month-to-month (m2m), 4,05% secara year-to-date (tahun kalender), dan 5,20% year-on-year (yoy).
“Ini tentunya merupakan sebuah catatan yang coba kami cermati. Khusus di bulan Agustus, Surabaya mengalami inflasi 0,26% sedangkan deflasi terjadi di Sumenep 1,13% dan Kediri 0,01%. Komoditas yang menyumbang inflasi terbesar di Jawa Timur adalah akademi dan perguruan tinggi disusul sekolah dasar jadi bukan pangan,” ungkap Emil dalam Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Pengendalian Inflasi Tahun 2022, Rabu, 14 September 2022.
Baca juga: Unilever dan ITC Komitmen untuk Tingkatkan Pasokan Barang UMKM Perempuan
Sementara itu, sebagai upaya mengendalikan inflasi, Jawa Timur telah mendorong gerakan urban farming dengan membagikan polybag sebagai media tanam ke beberapa daerah dan mendorong distribusi komoditas antar daerah baik dalam provinsi maupun antar provinsi.
“Kami telah mendorong gerakan urban farming seperti, 8.000 polybag di Surabaya bahkan 18.000 polybag di Malang yang digerakkan oleh Komunitas Ibu-Ibu PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga). Kami juga mendorong peta spasial pelaksanaan Kerja sama Antar Daerah (KAD) karena produksi dan konsumsi ini tidak selalu di kabupaten dan kota yang sama. Sebagai contoh, Kota Kediri dengan Kabupaten Kediri sudah memiliki MoU (Memorandum of Understanding) untuk cabai kemudian. Antara Blitar dengan NTB (Nusa Tenggara Barat) memang tidak ada MoU tapi sudah ada kerjasama untuk suplai jagung dari NTB ke Blitar sebagai sentra peternakan yang memang membutuhkan jagung untuk pangan,” jelas Emil.
Untuk diketahui, kontribusi produksi pangan Jawa Timur terhadap Nasional bagi komoditas susu dan cabai rawit masing-masing memiliki persentase yang besar, yaitu 57% dan 45,40%. Sedangkan, secara signifikan komoditas pisang dan daging sapi nasional seperempatnya berasal dari Jawa Timur.
“Komoditas yang didistribusikan ke daerah-daerah merupakan komoditas yang melebihi proporsional penduduk Jawa Timur sebanyak 15% atau seperenam. Kecuali, untuk komoditas Jagung sebagai pakan utama hewan ternak di Jawa Timur. Dan kami siap melaksanakan kerjasama terbaik dalam bagaimana kita bisa mendorong kelancaran logistik dari Jawa Timur kepada daerah-daerah konsumen baik antar pulau maupun di dalam pulau Jawa sebagai upaya pengendalian inflasi,” tutup Emil. (Fatin)