Jakarta – Credit Suisse telah kehilangan lebih dari seperempat nilai sahamnya pada minggu lalu. Kekhawatiran investor akan kegagalan industri perbankan setelah krisis tiga bank di Amerika Serikat (AS) telah memicu turunnya nilai saham Credit Suisse tersebut.
Sebelum nilai sahamnya ambles, pemegang saham terbesar bank asal Swiss itu, Saudi National Bank, mengatakan bahwa mereka tidak akan menyuntikkan lebih banyak uang ke Credit Suisse. Penangguhan otomatis dalam perdagangan sahamnya pun tak bisa dihindarkan. Saham bank-bank Eropa lainnya lalu ikut anjlok. Beberapa bahkan ada yang anjlok hingga dua digit.
Credit Suisse kemudian diakuisisi oleh pesaingnya, UBS, sebagai langkah untuk meredam kepanikan yang terjadi di antara investor dan nasabah perbankan, dimana harga saham dan dana simpanan Credit Suisse telah merosot tajam.
Masalah yang menimpa Credit Suisse saat ini bisa dikatakan sebagai klimaks dari akumulasi kasus atau skandal yang menyelimuti bank terbesar kedua di Swiss itu selama 10 tahun terakhir. Dikutip dari Reuters dan The Globe and Mail, berikut beberapa rentetan skandal yang pernah dialami Credit Suisse.
Skandal penggelapan pajak
Skandal pajak seolah telah menjadi langganan masalah utama di bank ini. Tercatat pada 2011 Credit Suisse terlibat dalam penggelapan pajak warga Jerman. Tiga tahun kemudian, Credit Suisse didakwa bersalah dan didenda US$2,6 milliar oleh pengadilan AS karena membantu kliennya mengajukan penggelapan pajak.
Dan yang terbesar terjadi pada 2016, dimana Credit Suisse diharuskan membayar €109.5 juta kepada otoritas Italia atas kasus penghindaran dan penipuan pajak yang dilakukan oleh nasabahnya.
Korupsi dana pinjaman Mozambik
Kasus yang menjadi ramai pada 2021 ini bermula saat pemerintah Republik Rakyat Mozambik mengajukan pinjaman ke Credit Suisse di tahun 2012 dan 2016 untuk mengembangkan industri lokal. Credit Suisse pun menyetujui permintaan kredit itu.
Namun, ternyata disetujuinya permintaan kredit itu bukan tanpa biaya. Belakangan diketahui kalau ada suap dari kontraktor sebesar US$50 juta kepada para bankir Credit Suisse agar permintaan kredit itu disetujui.
Skandal pencucian uang narkoba
Di tahun 2022, Pengadilan Kriminal Federal Swiss mendakwa Credit Suisse dan seorang karyawannya bersalah karena terlibat dalam penyelundupan kokain Bulgaria dari tahun 2004 hingga 2008.
Dua pihak itu didenda 146 juta franc Swiss. Konon, seorang mantan karyawan itu mengetahui dan secara sadar mengelola dana penyelundupan kokain di Bulgaria.
Skandal Greensill dan Archegos
Skandal ini bermuka ketika Credit Suisse berinvestasi dalam nominal besar ke sebuah perusahaan pinjaman korporasi global bernama Greensill Capital. Namun, investasi itu dilakukan melalui model bisnis yang rumit dan tidak jelas.
Regulator Swiss, FINMA, menemukan, Credit Suisse telah melanggar kewajiban pengawasannya untuk memantau dan membatasi risiko dalam hubungan bisnisnya dengan pemodal Greensill.
Akibatnya, ketika Greensill bangkrut, Credit Suisse juga terseret dalam pusaran masalah Greensill. Credit Suisse lalu mengganti hampir US$5 miliar kepada investor sebagai akibat keruntuhan perusahaan tersebut.
Kasus seperti ini tidak hanya terjadi di Greensill, tapi juga pada perusahaan Archegos Capital Management, dimana polanya juga sama. Credit Suisse memberikan investasi, namun gagal memenuhi standar. Akibatnya, ketika Archegos diambang kebangkrutan, Credit Suisse juga terseret dengan kerugian yang harus ditanggung mencapai US$5 milliar di Maret 2021.
Penulis: Steven Widjaja