Jakarta – Pasokan mobil baru dari pabrikan belum normal akibat kelangkaan komponen microchip. Pembeli mobil baru pun harus rela inden cukup lama sebelum mendapatkan unit. Kondisi ini membuat PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance) ubah strategi demi memacu pembiayaan di 2023.
Presiden Direktur CIMB Niaga Finance Ristiawan Suherman mengungkapkan, masih tersendatnya pasokan mobil baru membuat komposisi pembiayaan perseroan mengalami perubahan. Tahun ini, perusahaan pembiayaan yang bernaung di bawah Bank CIMB Niaga ini akan lebih fokus menggarap segmen pembiayaan mobil bekas dan pembiayaan fasilitas dana (refinancing).
“Mobil baru terbatas. Kita fokus kembangkan pasar mobil bekas dan refinancing untuk menunjang pertumbuhan. Segmen mobil bekas dan refinancing punya margin lumayan bagus dibandingkan pembiayaan mobi baru, Jadi berbagai macam strategi itu kami lakukan untuk memitigasi apa yang akan terjadi di 2023,” ujar Ristiawan dalam publik ekspos CIMB Niaga Finance di Jakarta, Selasa, 10 Januari 2022.
Selain itu, CIMB Niaga Finance juga menggarap segmen pembiayaan haji. Sedangkan pembiayaan fasilitas dana akan difokuskan pada nasabah existing yang mempunyai track record baik.
Tahun ini, CIMB Niaga Finance membidik pertumbuhan di kisaran 20%. Target tersebut memang tidak seagresif tahun 2022, mengingat tahun 2023 diprediksi akan lebih menantang. Sebagai informasi, di semester I-2022, perseroan membukukan pembiayaan baru sebesar Rp4,5 triliun, atau melesat 103% secara tahunan. Pembiayaan syariah mendominasi sekitar 62% dari total pembiayaan baru CIMB Niaga Finance.
Adapun untuk mendukung ekspansi pembiayaan, perseroan akan menerbitkan Sukuk Wakalah Bi Al-Istitsmar I CIMB Niaga Auto Finance I tahun 2023 dengan nilai maksimal Rp1 triliun. Sukuk ini akan diterbitan dalam dua seri, yakni Seri A tenor 370 hari dengan imbal hasil 6%-7%, dan Seri B tenor 3 tahun dengan imbal hasil 7%-7,75%. (*)
Penulis: Ari Astriawan