Salah satu bankir senior ternama di Indonesia, Maryono, berhasil meraih gelar doctor dari Universitas Diponegoro, Semarang. Mantan Direktur Utama, BTN ini berhasil mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka yang dilakukan lewat video conference, Selasa, 19 Mei 2020.
Bankir yang mengawali karirnya di Bapindo (Mandiri) ini memperoleh gelar doktor dengan predikat cumlaude dan Indek Prestasi (IP) mencapai 3,92. Gelar doctor dari Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB), Universitas Diponegoro ini ditempuh oleh Maryono selama tiga tahun, tiga bulan.
Adapun judul disertasi Maryono, yakni ”Membangun Model Ko-Inovasi Berbasis Jejaring Nilai untuk Peningkatan Keunggulan Bersaing,”.
”Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah konsep baru yang dinamakan value network based co-innovation, atau ko-inovasi berbasis jejaring nilai,” kata Maryono dalam sidang terbuka.
Konsep tersebut, menurut Maryono di integrasikan dengan beberapa variable, dan membentuk sebuah model teoritikal dasar, dan empiris sebagai solusi untuk menjawab kesenjangan penelitian.
Ada lima hipotesis yang diajukan dalam penelitian yang dilakukan di salah satu bank BUMN, di lima kota besar di Pulau Jawa, Jakarta, Jabodetabek, Bandung, Semarang dan Surabaya. Distribusi sample diberikan kepada 214 responden, secara empiric terhadap pimpinan cabang, manager di sebuah bank perumahan.
Hasilnya, dari lima hipotesis yang diajukan terdapat satu yang tidak terbukti berpengaruh secara signifikan, yaitu integrasi rantai pasokan terhadap keunggulan bersaing. Sedang, empat hipotesis yang lainya punya hubungan signifikan.
Empat hipotesis lain itu, seperti hubungan antara integrasi rantai pasokan terhadap ko-inovasi berbasis jejaring, ko-inovasi berbasis jejaring nilai terhadap keunggulan bersaing. Dua, hipotesis lain menyangkut kapabilitas relasional mempunyai pengaruh terhadap keunggulan bersaing, dan kapabilitas relasional mempunyai pengaruh terhadap keunggulan ko-inovasi berbasis jejaring nilai.
Intinya, dari penelitian yang dilakukan oleh bankir kelahiran Rembang tahun 1955 ini, ko-inovasi berbasis jejaring nilai, integrasi rantai pasokan, kapabilitas relational, dan keunggulan bersaing merupakan ekosistem yang menghasilkan nilai tambah.”Penelitian ini menjadi update di era disruption dan perubahan yang cepat seperti sekarang ini,” kata Maryono kepada Infobank.
Promotor dalam sidang terbuka lewat video conference, Prof. Drs Imam Ghozali, Phd,Ak dengan co-promotor Dra Anie Kusumawardhani, Msc, Phd. Sedangkan sebagai penguji Prof. Dr. Sudarmono,SE. Msi, Prof. Dr.Ir. Kesi Wijayanti, MM (Penguji Eksternal), Dr Herry Susanto, M.Kes dan Dr. Indi Djastuti MS.
Maryono sendiri memperoleh gelar S1 di Universitas Diponegoro dan gelar S2nya (Business Administration) di IMJA. Sedang jenjang pendidikan SD sampai SMA diselesaikan di Rembang. Karir Maryono relatif cemerlang dari Bapindo, lalu Mandiri (hasil merger empat bank). Pernah menjadi direktur utama, Bank Mutiara dari tahun 2008-2012. Posisi Direktur Utama BTN dari 2013-2019.
Gelar doktor diperoleh Maryono di usia menjelang 65 tahun, ketika hal ini ditanyakan kepada Maryono, menurutnya, selain belajar tidak kenal usia, sekolah tinggi akan memberi motivasi kepada anak-anak dan cucu, kalau ayahnya dan kakeknya belajar tidak mengenal usia.
”Bahkan, kelak meninggal nanti, di batu nisan tertulis Dr Maryono yang akan menjadi motivasi keluarga besar, khususnya anak-anak dan cucu-cucu,” kata Maryono dengan tetap merendah.