Adanya Potensi Ancaman, Hingga 70% Pendapatan Freeport ke Kas Negara

Pertambangan PT Freeport Indonesia di Papua. (Foto: Net)

Jakarta – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) membeberkan adanya potensi ancaman yang sempat diterimanya saat Indonesia hendak menguasai 51% saham mayoritas PT Freeport Indonesia (PTFI) beberapa tahun lalu. Ia mengatakan bahwa dirinya mendapatkan berbagai wanti-wanti dari banyak pihak terkait kebijakan yang ingin diambil itu.

“Kita mendapatkan 51% apa mudah, butuh nyali juga. Wah nanti ini akan apa, dari intelijen negara mana bergerak, Bapak akan jatuh, karena ini ini ini, wah bayangkan,” terang Presiden Jokowi pada acara yang diadakan relawan Bara JP di Hotel Salak, Kota Bogor, Minggu, 18 Juni 2023.

Akan tetapi, Jokowi mengatakan jika dirinya tidak pernah membayangkan ancaman-ancaman yang bisa saja menimpa dirinya itu. “Tapi saya nggak bayangin sih,” ucapnya.

Jokowi justru menjelaskan, paska diakuisisinya 51% saham Freeport oleh pemerintah, 70% pendapatan perusahaan tambang emas asal Amerika Serikat (AS) itu kini masuk ke kas negara.

“Freeport itu mayoritas sudah milik kita. Dulu 50 tahun kita hanya 9%. Ngomong bukan pemilik, kita sekarang 51%. Kita cek kemarin pendapatan berapa sih untuk 51%. Ternyata 70% pendapatan dari Freeport itu masuk ke kas negara,” beber Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi menjelaskan jika pendapatan tersebut masuk ke kas negara dalam bentuk pajak, baik pajak badan, Pajak Penghasilan (PPh) karyawan, royalti, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hingga dividen.

“Dalam bentuk pajak, badan PPh, pajak karyawan, royalti, penerimaan negara bukan pajak PNBP, kemudian dividen, gede banget kita dapatnya,” tuturnya.

Sebagai informasi, pemegang 48,77% saham PT Freeport Indonesia, Freeport-McMoran Inc., mencatatkan pendapatan US$22,78 miliar atau setara Rp341,70 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per US$) pada 2022.

Melansir data laporan keuangan Freeport-McMoran, 37% dari total pendapatan tersebut berasal dari operasi di Indonesia yang senilai US$8,43 miliar (Rp126,39 triliun). Angka tersebut setelah dikurangi biaya royalti, bea ekspor dan biaya-biaya lainnya. Royalti dan bea ekspor Freeport untuk operasi di Indonesia tercatat masing-masing sebesar US$357 juta (Rp5,36 triliun ) dan US$307 juta (Rp4,61 triliun).

Sementara total pendapatan operasi Freeport di Indonesia sebelum penyesuaian mencapai US$9,39 miliar (Rp 140,84 triliun). Dengan rincian, pendapatan dari penjualan tembaga tercatat US$6,02 miliar, penjualan emas US$3,24 miliar, dan penjualan perak US$134 juta.

Pada 2018 lalu Indonesia resmi menjadi pemegang saham mayoritas PT Freeport Indonesia sebesar 51,23% melalui Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertambangan MIND ID atau sebelumnya atas nama PT Inalum (Persero).

Adapun nilai akuisisi untuk menjadi pemegang saham mayoritas Freeport ini mencapai US$3,85 miliar atau setara Rp55,8 triliun saat itu. Akuisisi ini menandai peningkatan kepemilikan Indonesia di PTFI dari semula hanya 9,36% menjadi 51,23%.

Biaya pemerintah RI untuk mengakuisisi 41,87% saham Freeport McMoran (FCX) di PT Freeport Indonesia yang senilai US$3,85 miliar pada 2018 lalu diperkirakan juga akan balik modal lebih cepat, yakni pada 2024. Sebelumnya, diperkirakan balik modal akan tercapai sepenuhnya di 2025.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menjelaskan bahwa lebih cepatnya pengembalian biaya akuisisi itu dikarenakan oleh lonjakan harga tembaga yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Tony paparkan, awalnya perusahaan memprediksi harga tembaga di sekitar US$3,75 per pon. Namun ternyata, saat ini harga tembaga sudah mencapai US$3,8 per pon, dan diprediksi akan terus naik sampai US$4 per pon.

 

Penulis: Steven Widjaja

Recommended For You

About the Author: Ari Nugroho

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *