Jakarta – Bank Indonesia (BI) terus mendorong pesantren untuk memanfaatkan secara maksimal teknologi dan informasi untuk terus meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren.
Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo saat menghadiri acara forum 5th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference (IIMEFC) 2019, di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa 12 November 2019. Menurutnya, digitalisasi telah menyebabkan perubahan besar di berbagai aspek kehidupan, mulai dari komunikasi, hubungan sosial, hingga kepada perilaku ekonomi.
“Bahkan, pada salah salah satu riset memprediksi jika market size ekonomi digital Indonesia pada akhir tahun 2019 akan mencapai US$40 miliar atau sekitar Rp560 triliun, kemudian pada
tahun 2025 berpotensi mencapai US$100 miliar atau Rp1.400 triliun. Oleh karenanya, untuk bisa meningkatkan daya saing, strategi pengembangan kemandirian pesantren itu perlu,” kata Dody.
Dody menambahkan, pesantren juga harus memperhatikan 2 (dua) hal yang menjadi dasar gambaran potensi produk syariah di masa mendatang. Pada potensi pertama Indonesia menduduki jumlah masyarakat muslim terbesar di dunia yang memiliki preferensi yang tinggi terhadap produk-produk bersertifikat halal.
“Dan kedua pertumbuhan ekonomi digital dengan kecepatan dan angka yang mengesankan seiring tingginya akseptansi kaum millennial terhadap layanan jasa dan keuangan digital harus dimanfaatkan,” paparnya.
Dody mengungkapkan, dari sisi penyediaan produk-produk bersertifikat halal, tentunya secara keilmuan maupun praktiknya di lapangan sudah sangat dikuasai dengan baik oleh kalangan pesantren. Akan tetapi, persiapan yang matang justru harus terus ditingkatkan dalam mengantisipasi era baru ekonomi digital. (*)