Jakarta – Bisnis perbankan dan keuangan sudah memasuki ke dalam masa golden age dengan masifnya pertumbuhan bank digital maupun teknologi keuangan. Digitalisasi memiliki energi yang luar biasa untuk mengubah kehidupan sosial di masyarakat, apalagi untuk para milenial yang lebih memahami dunia digital dibandingkan golongan masyarakat lainnya.
Indra Utoyo, Presiden Direktur Allo Bank Indonesia berpendapat, transformasi perbankan ke dalam dunia digital mantranya berada pada kecepatan dan kolaborasi yang menjadi sangat esensial untuk menemukan kesepahaman nilai dengan nasabah.
“Ke depan ini, bukan siapa yang kuat yang dinilai tetapi siapa yang bisa memiliki kolaborasi yang terbaik. Kita lihat industri keuangan ini sudah sangat berubah. Tahun 2020 dan 2021, sudah terlihat nasabah yang melakukan pembayaran melalui e-wallet sudah bertumbuh apalagi saat covid-19,” ujar Indra dalam acara Infobank – Temenos Regional Forum 2022, Selasa, 20 September 2022.
Dia juga menilai bahwa bank yang masih menggunakan close system sudah tidak dapat survive di tengah industri digital yang berkembang karena nasabah yang lebih dinamis membawa perbankan untuk pindah dari paradigma product sentric ke cutomer focus yang membawa bank ke dalam open system.
“Bank harus membuka diri untuk menyusun kolaborasi dengan partner-partner baru. Sekarang banyak, bank masuk ke fintech dan e-commerce yang menempatkan customer sebagai pusatnya. Bank konvensional juga sudah banyak yang bertransform menjadi hybrid bank karena memanfaatkan kekuatan physical network yang ada kemudian bisa membangun habit digital,” tegas Indra.
Selain itu, terdapat lima kunci tren pasar perbankan di masa depan, yaitu komoditisasi fungsi bisnis, komposisi yang mengadopsi cloud sebagai salah satu teknologinya dan membangun ekosistem, dan standarisasi arsitektur provider di dalam produk yang dihadirkan.
“Kita harus semakin hiper customize, untuk menjangkau customer dengan inovasi yang mampu mewarnai ekosistem digital banking tumbuh lebih cerdas lagi,” tutup Indra. (Fatin)