Digital Branding Dorong Efektivitas Value Proposition dan Ciptakan Efisiensi Biaya

(Foto: Net)

Jakarta – Di era digital seperti saat ini, segalanya tentu perlu dirancang dan dilakukan secara digital, agar efisiensi dapat tercapai. Segala industri, tanpa terkecuali perbankan, juga tak lepas dari pengaruh digitalisasi ini. Dan salah satu lembaga perbankan yang proaktif dalam menerapkan digitalisasi adalah Bank DBS Indonesia.

Direktur Konsumer Banking Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung mengungkapkan bahwa salah satu bentuk digitalisasi yang dilakukan oleh DBS Indonesia adalah digital branding. Melalui digital branding, value proposition dapat tercipta dengan lebih efektif, dan efisiensi biaya dapat terwujud.

“Kita banyak sekali memakai digital platform branding ya. Karena kalau kita lihat, kalau kita pakai above the line, mungkin sasarannya jadi lebih melebar dan kurang fokus. Nah, digital branding ini memberikan kita avenue atau alat supaya kita bisa lebih fokus pada segmen market yang kita tuju, sehingga bukan hanya dari segi biaya jadi lebih efisien, tapi sekali lagi dari sisi value proposition lebih tepat kepada market segmen yang ingin kita sasar,” terang Rudy, kepada The Finance, beberapa waktu lalu.

Dalam melakukan pemasaran secara digital atau digital branding ini, Bank DBS Indonesia, lanjut Rudy, tidak sembarangan dalam melakukan pemasarannya. Analisa customer behavior berperan vital dalam menentukan strategi dan platform digital apa yang akan dipilih untuk menjadi sarana branding.

“Yang kita lihat adalah bagaimana consumption behavior konsumen ketika mereka memakai platform digital, sehingga misalnya apakah di Facebook, IG, atau TikTok, itu kita lihat dulu tuh, ini tepat atau tidak sih untuk kita berkomunikasi di sana. Jadi semuanya kembali konsumen itu adanya dimana. Kemudian, digital behavior-nya sendiri antara satu individu dengan yang lainnya juga berbeda. Setiap orang punya digital footprint, maka cara kita meng-engage mereka juga akan dipersonalisasikan berdasarkan interest mereka di platform digital,” tutur Rudy.

“Misalnya di TikTok, itu customer consumption di TikTok itu juga meningkat 4.000% kalau tidak salah. Jadi, kita harus main di sana begitu,” pungkasnya.

 

Penulis: Steven Widjaja

Recommended For You

About the Author: Ari Nugroho

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *