Ekonomi di Tengah Hantaman Resesi Biang Keroknya Covid–19

BIANG KEROKNYA COVID – 19.

Kita semua paham dan menyadari dengan nalar yang sehat bahwa yang membuat kegaduhan yang mengancam nyawa manusia, memporak porandakan kehidupan, pergerakan  social umat manusia sejak akhir tahun 2019 yang meluluh lantakan dan menghancurkan perekonomian dunia menuju kejurang resesi. Biang keroknya tiada lain adalah covid – 19 itu sendiri, dengan ancaman akan menjadi depresi besar bisa kembali melanda dunia yang pernah terjadi di tahun 1929/1930. Setelah menciptakan resesi  yang menyebar keberbagai Negara Negara di dunia juga berpogtensi berpotensi mengulangi kembali  depressi besar yang pernah melanda dunia sekitar 90 tahun silam kisaran tahun 1929/1930 dengan perkiraan korban nyawa manusia yang akan terus bertambah terjadi kedepan, bila tidak segera diatasi wabah penyakit covid – 19  dimaksud.

Seperti telah dikemukakan yang menjadi biang keroknya sangat jelas dan tiada lain adalah wabah covid – 19 yang hingga kini belum ditemukan obat yang mujarab dan cespleng. Sehingga  belum bisa diatasi wabah penyakit covid – 19, maupun dihentikan dan dimusnahkan keberadaannya. Namun demikian umat manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki akal dan budi dimana kedudukannya lebih tinggi dibandingkan covid – 19 kendatipun sama sama ciptaanNya. Dengan demikian sebagai umat manusia kita tidak perlu cemas dan khawatir berlebihan apalagi sampai kehilangan akal sehat. Untuk menjawab ancaman covid – 19 sampai ditemukannya vaksin untuk menangkalnya,  tidak ada pilihan lain kecuali kita semua harus berdisiplin tinggi mematuhi dan mentaati protocol kesehatan yang di canangkan pemerintah serta diikuti dengan memanjatkan doa keselamatan kehadapatan Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyaknan kita masinga masing.

Namun demikian seluruh umat manusia  dengan para elitnya pimpinan semua Negara Negara di dunia harus selalu bersatu padu, waspada, berdisiplin tinggi secara bersama sama focus menjaga kesehatan. Dipastikan semua Negara Negara utamanya Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) diyakini semuanya  berusaha menemukan vaksin dan obat penawarnya yang bisa menghentikan secara tuntas keberadaan virus covid – 19 secepatnya tanpa mengabaikan pergerakan kegiatan ekonomi dunia. Dalam hal penemuan vaksin covid – 19 diberitakan dalam stasiun tv nasional bahwa sudah ada Negara yang mengalami kemajuan dalam penemuan vaksin diamksud. Setiap Negara  pasti juga berusaha  menghindarkan dan menjaganya agar  jangan sampai covid 19 ini berubah lebih dahsyat menjadi senjata pemusnah massal.

PEREKONOMIAN DUNIA DALAM MASA PENDEMIK.

Saat ini perekonomian dunia benar benar telah menghadapi perlambatan bahkan sudah banyak Negara yang tidak mampu menghindarkan diri terpuruk kejurang resesi ekonomi. Utamanya Negara Negara yang paling hebat tertimpa wabah penyakit covid – 19, diyakini paling awal terkena dampaknya wabah covid – 19  menjadikan ekonominya terpuruk ke jurang resesi ekonomi yang dalam seperti Negara adi daya Amerika Serikat. Namun demikian Negara Vietnam bisa menghindarkan diri dari resesi ekonomi karena berhasil menghalau wabah penyakit covid – 19 karena sebagai Negara sosialis (komunis) rakyatnya yang patuh dan berdisiplin tinggi serta mudah diatur. Demikian juga dengan Negara China yang paling dulu terpapar dan merupakan episentrum covid – 19 mampu membangkitkan pertumbuhan  ekonominya sehingga bisa terhindar dari jebakan jurang resesi ekonomi.

Dalam masa pandemic covid – 19 ini lembaga lembaga finansial yang ada di masing masing Negara dan milik dunia diharapkan harus tetap menjalin hubungan saling membantu  bekerja sama dengan prinsip saling memberdayakan dan saling menguntungkan (prinsip pang pade payu). Agar perekonomian dunia tetap berjalan bisa bertahan tidak terjerumus lebih dalam ke jurang resesi ekonomi dan menghindarkan nya dari jebakan depresi yang tidak diharapkannya terjadi. Lembaga finansial internasional harus turun tangan membantu Negara Negara yang kalah perang dengan covid – 19 dipastikan ekonominya paling babak belur. Situasi dan kondisi dampak dari wabah penyakit covid – 19  benar benar merupakan cobaan yang maha dahsyat yang tidak pernah diduga sebelumnya.  Namun demikian sebagai umat manusia mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dibekali modal kuat punya akal budi,  yang lebih tinggi kedudukannya dari mahluk covid – 19  harus yakin dan percaya. Bahwa umat manusia akan mampu dengan rasa optimistis bisa menjinakkan dan mengembalikan kealamnya (menyomiakan) covid – 19 secara sekala dan niskala agar tidak pernah kembali lagi menganggu apalagi menyakiti,

Setelah nantinya wabah covid – 19 yang merupakan biang keroknya sudah dapat diatasi, berlanjut dipastikan masing masing Negara akan merestorasi kembali perekonomiannya secara bertahap. Bertransformasi dari fase pemulihan menuju fase pertumbuhan menuju keseimbangan baru antar  perekonomian  Negara Negara di dunia. Semuanya tergantung kepada biang keroknya covid – 19 sampai kapan  dapat diatasi, dihentikan dan dimusnahkan. Jadi selama belum dapat diatasi wabah covid – 19 ini,  sebaiknya setiap Negara jangan mengunci diri rapat rapat pelan pelan dibuka dengan memperkuat protocol kesehatan dengan tetap mewaspadai dan mengutamakan kesehatan rakyatnya,  sehingga tetap terjadi pergerakkan social kemasyarakatan. Justeru kondisi ini juga bisa menjadi pemicu tetap terjaganya keberadaan dan pergerakan   denyut nadi perekonomian agar jangan sampai tercipta depresi yang tentu tidak kita harapkan akan terjadi.

Sebaiknya keduanya bisa berjalan secara paralel focus pada perekonomian namun utamanya tetap mempertahankan dan memperketat focus pada kesehatan masyarakat. Sebab keduanya sama pentingnya dan saling terkait ibarat buah simalakama. Apabila terlalu focus pada kesehatan dan abai dengan ekonomi ibaratnya ayah akan mati. Demikian juga sebaliknya bila focus pada ekonomi abai akan kesehatan ibaratnya ibu akan mati. Oleh karena itu menurut hemat kami hendaknya keduanya bisa berjalan paralel. Dengan mendisiplinkan masyarakat melalui pembinaan yang ketat terstruktur sisstimatiss dan massif serta meminta masyarakat selalu waspada dengan berdisiplin tinggi mematuhi dan mentaati protocol kesehatan secara berkelanjutan. Agar tercipta sebagai suatu sikap hidup dengan membudayakan sikap disiplin kedepan. Sangat diperlukan  dalam upaya  menjaga dan mengapresiasi kesehatan dan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan. Kendatipun nantinya telah  ada pemberitahuan resmi dari pihak yang berwenang bahwa dunia dinyatakan telah terbebas dari wabah penyakit covid – 19 dimaksud.

Dengan demikian berharap dunia bisa terhindar dari tekanan wabah penyakit covid – 19 maupun wabah penyakit lainnya yang bisa saja selalu mengintai kita semua. Bila tidak demikian jalan paralel yang ditempuh karena tidak tahunya  kapan pandemic wabah covid – 19  ini berakhir. Maka dengan jalan paralel yang ditempuh dengan berdisiplin tinggi hingga bisa ditaklukannya wabah covid – 19. Dengan demikian pada akhirnya diyakini akan bisa menghindari ancaman yang lebih serius dan akibat yang buruk bagi kelangsungan hidup manusia didunia ini. Meskipun demikian selanjutnya kita harus mewaspadai pada masa pandemik dan pasca pandemik adanya risiko global dalam perekonomian yang mengancam keberadaan perekonomian domestik. Mengingat  perekonomian global digerakkan oleh dua mesin perekonomian terdiri dari dua kekuatan yang disebut Negara Negara maju (advanced economies) dan Negara  Negara berkembang (emerging markets).  Namun harus disadari  memunculkan perbedaan diantara keberadaan kedua mesin ekonomi global tersebut  dibidang ancaman, tingkat pertumbuhan maupun respon dalam kebijakan yang akan diterapkannya.

Kemungkinan juga konsekuensi dari perbedaan tersebut bisa menimbulkan pergerakkan dan pergeser an alokasi modal. Dalam keadaan perekonomian dunia dewasa ini dampak dari penyebaran wabah penyakit covid – 19    yang tumbuh melambat terjun bebas ke jurang resesi dan memunculkan berbagai ketidak keseimbangan akan bisa menjadi kenyataan. Makanya harus diwaspadai fortofolio modal akan mengalir dengan deras keluar termasuk dari Indonesia. Memunculkan ancaman yang berisiko bagi stabilitas keuangan nasional yang harus ditangani maupun dikelola secara cermat dan rapi. Sebab bila kita abai dan lengah apalagi tidak peduli akan bisa memunculkan masalah baru yang serius terhadap  kemungkinan timbulnya resesi yang semakin dalam berkelanjutan bermetamorfosa menjadi depresi ekonomi. Sebagaimana Indonesia sudah berusaha agar tidak terjun ke jurang resesi namun tetap tidak terhindarkan yang kemungkinan  mesin mesin perekonomian dan amunisinya semuanya belum berjalan sempurna sebagaimana yang dinginkan Presiden Jokowidodo.

MENJAGA PEREKONOMIAN NASIONAL DALAM MASA PANDEMIK TETAP BERDENYUT.

Pemerintah Indonesia dibawah Presiden Jokowidodo sejak awal telah merespon serius dengan adanya ancaman penyebaran wabah penyakit virus – 19 dengan telah menganggarkan alokasi dana anggaran stimulus penanganan wabah covid – 19 yang jumlahnya mencapai Rp.695 triliun. Namun sayang berdasarkan berita yang dapat dilansir hanya terealisir  sekitar Rp.135 triliun artinya baru 19% sekali lagi baru 19% pungkas presiden. Tentu jumlah ini masih jauh kurang optimal masih sangat rendah sekali sehingga jauh kurang memadai dosisnya dalam mempertahankan denyut perekonomian agar bisa tetap tumbuh positif. Ibaratnya senjata dan amunisinya lengkap serta logistiknya juga memadai namun tidak mampu diledakkan  didalam upaya agar Indonesia  tidak terjerumus kejurang resesi.

Sehingga Indonesia sudah menghadapi pertumbuhan kontraksi sebesar minus 5,32% pada kuartal II/2020 dan kuartal III/2020 menurut Kementrian Keuangan  memperkirakan akan terjadi kontraksi minus 2,9% hingga minus 1% yang akan diumumkan pada 5 November mendatang. Dengan demikian Indonesia mengalami kontraksi dua kuartal berturut turut mendefinisikan terjadinya resesi. Tentunya bila tidak ada perbaikan dan dengan tidak maksimalnya serapan anggaran penanganan covid – 19 mengindikasikan resesi akan masih berlanjut sampai akhir tahun bahkan situasi dan kondisi ekonomi Indonesia akan semakin parah berbuntut panjang bisa menjelma menjadi depresi ekonomi. Jadi didalam ekonomi makro yang disebut resesi merupakan penurunan secara signifikan dalam aktivitas ekonomi  yang berlangsung secara berturut turut dua kuartal atau lebih. Resesi dapat dilihat dari terjadinya pertumbuhan yang menurun pada Produk Domestik Bruto (PDB) yang menjadi negative, akibat merosotnya pendapatan riil,  terpuruknya penjualan ritel dan industri manufaktur, banyak yang kehilangan pekerjaan membuat meningkatnya pengangguran sehingga merosotnya pendapatan masyarakat yang membuat output ekonomi Negara secara keseluruhan menurun.

BEBERAPA FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA RESESI EKONOMI.

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya resesi sebagaimana yang pernah terjadi kisaran tahun 1970 tanpa adanya peringatan OPEC memutus pasokan minyak. Termasuk wabah covid – 19 tanpa diduga sebelumnya mewabah di dunia yang membuat perekonomian dunia nyaris mati. Jadi resesi ekonomi seperti ini disebabkan oleh kehadiran guncangan ekonomi yang tiba tiba terjadi. Resesi bisa juga terjadi karena beban hutang yang berlebihan baik individu maupun para pembisnis sehingga sampai pada suatu titik mereka tidak mampu membayar kewajibannya. Bisa juga terjadi karena hyper inflasi kendatipun inflasi bukanlah sesuatu yang buruk dalam kadar tertentu dibutuhkan dalam perekonomian. Namun inflasi yang buruk dan berlebihan seperti hyper inflasi merupakan fenomena yang membahayakan perekonomian.  Tidak saja inflasi bisa menciptakan resesi demikian juga halnya dengan deflasi bisa juga menimbulkan hal yang lebih buruk. Ketika terjadinya tekanan harga, akibat upah terkontraksi dimana karena harga turun dari waktu kewaktu.

Adanya penemuan penemuan baru dibidang teknologi  yang membuat penghematan tenaga kerja manusia menjadi banyak yang menganggur sebagaimana revolusi industri yang memunculkan masa masa sulit berupa resesi ekonomi. Tidak jarang terjadi resesi akibat terjadinya investasi  yang didorong oleh emosi, bisa mengundang ekonomi yang buruk mengikutinya berupa resesi ekonomi. Selama ekonomi kuat para investor menjadi terlalu optimistis yang katanya para investor sepertinya dihinggapi kegembiraan irasional. Menimbulkan gelembung ekonomi berasal dari pasar saham dan real estate yang menjadi bom waktu setiap saat bisa meledak menimbulkan kepanikan dalam penjualan dan pasar menjadi hancur dengan sendiri memicu resesi ekonomi.

Covid – 19 merupakan hal yang tidak pernah diduga datangnya menyebabkan semua Negara secara tiba tiba dihadapkan pada situasi resesi ekonomi demikian juga dengan ekonomi Indonesia yang sudah semakin terkomfirmasi terjun ke jurang resesi sebagaimana sinyalemen atau tanda dapat dilihat dari keyakinan konsumen yang disajikan Bank Indonesia (BI). Melaporkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September 2020 sebesar 83,4 turun dibandingkan bulan sebelumnya 86,9. IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih dibawah 100, maka artinya konsumen punya persepsi pesimistis menghadapi samudera ekonomi saat ini dan beberapa bulan mendatang. IKK  terdiri dari dua sub indeks besar yaitu Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Pada September 2020, IKE tercatat 54,1 turun dari bulan sebelumnya yaitu 55,6. Masih sangat jauh di bawah 100.

IKE dibagi sub indeks yaitu Indeks Penghasilan Saat ini, Ketersediaan Lapangan Kerja, dan Pembelian Barang Tahan Lama. Namun ketiganya masih jauh dibawah 100. Beralih ke IEK, sebenarnya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan kedepan masih dizona optimistis yaitu 112,6 pada September 2020. Namun turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 118,2. Konsumen memperkirakan ekspansi kondisi perekonomian  pada enam bulan kedepan masih terbatas, baik dari aspek kegiatan usaha, ketersediaan lapangan kerja, dan peningkatan penghasilan.

Hal tersebut terindikasi dari menurunnya Indeks Ekspetasi Kegiatan Usaha, Indeks Ekpektasi Ketersediaan Lapangan Kerja, dan Indeks Ekspetasi Penghasilan pada enam bulan mendatang. Sebut laporan BI. Lebih lanjut disampaikan IKK menggambarkan arah konsumsi  rumah tangga. Keyakinan konsumen akan menjadi penentu  apakah konsumen akan berbelanja atau tidak. Kalau melihat konsumen masih tiarap, dengan IKK yang dibawah 100 selama enam bulan beruntun, maka sudah cheta wela wela  bahwa konsumsi rumah tangga masih bermasalah.  Ini juga terkonfirmasi dari deflasi yang terjadi tiga bulan beruntun pada Juli – September 2020. Oleh karena itu, konsumsi rumah tangga sepertinya tidak bisa  menyumbang terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2020.

Pada kuartal sebelumnya pos ini mencatatkan kontraksi (pertumbuhan negative) 5,51%. Peranan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDB sangat signifikan, lebih dari 50%. Jadi kalau konsumsi rumah tangga mengkerut, maka hampir dipastikan PDB secara keseluruhan akan menciut. Dengan demikian, kontraksi ekonomi pada kuartal III-2020 sudah tidak bisa terhindarkan lagi. Kendatipun ada yang berpendapat bahwa merosotnya ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 dipicu oleh adanya pembatasan  social disejumlah wilayah. Namun berdasarkan Survei  Konsumen edisi September 2020 keluaran BI, porsi pendapatan konsumen untuk belanja atau konsumsi naik adalah 68,8% ada kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 67,35% merupakan sinyal konsumsi masyarakat mulai membaik mencerminkan masih ada harapan ditengah kedukaan yang menyelimuti perekonomian nasional. Kondisi yang terjadi atas perekonomian nasional dibandingkan dengan perekonomian global, dapat dikatakan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibanding beberapa Negara khususnya Eropa dan Asia Tenggara.

SEMOGA BENAR ASIA GOLDILOCKS PADA TAHUN 2021.

Kita jangan terlena dinina bobokan maupun eporia apalagi berdiam diri tidak berbuat apa apa, pakailah sebagai cemeti yang bisa memotivasi dan membangkitkan kreativitas berpikir. Kendatipun sebagaimana seperti  berbagai institusi global yang memperkirakan ekonomi nasional kembali tumbuh positif pada tahun 2021 setelah terkontraksi tahun ini. Dikatakannya  bahwa setelah  resesi ada sinyal ekonomi nasional bisa langsung bangkit. Sebagamana pula hasil riset Morgan Stanley terbarunya bahkan menyebut Asia bakal mengalami periode emas pada tahun  2021. Get Ready for 2021 Goldilocks yang dalam ekonomi berarti Goldilocks adalah sebuah periode yang sempurna. Ekonomi tumbuh tidak terlalu cepat, tetapi juga tidak selow. Kadarnya pas ideal. Pertumbuhan ekonomi tidak terlalu kencang gerakannya  yang bisa menyebabkan overheat, tetapi juga tidak terlalu lambat sehingga bisa berujung pada resesi.

Mengingat kedepan masih banyak tantangan yang dihadapi ekonomi nasional apalagi covid – 19 hingga saat ini di tanah air masih menunjukkan gejala peningkatan perlu juga diwaspadai bentuk ancaman lain adanya pihak pihak yang berusaha mengail di air yang keruh berusaha menghambat pemulihan ekonomi nasional. Dalam merespon tantangan perekonomian yang dihadapi dengan terjadinya resesi ekonomi yang dibayang bayangi oleh kecenderungan kemungkinan akan  terjadinya depresi ekonomi, dipastikan Bank Indonesia dan Pemerintah terus berupaya menempuh berbagai langkah kebijakan untuk memperkuat momentum pemulihan ekonomi sekaligus mengantisipasi dan utamanya mencegah agar jangan membuat perekonomian nasional menjadi bertambah buruk Dengan demikian berharap depresi ekonomi bisa dihindarkan.

PRIORITAS UTAMA PEMULIHAN KONSUMSI RUMAH TANGGA NASIONAL.

Langkah kebijakan yang ditempuh sepertinya menjadi prioritas utama  upaya memulihkan kembali peningkatan konsumsi rumah tangga dengan meningkatkan daya beli masyarakat yang sudah tersengal sengal  melemah. Mengingat konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang yang signifikan dalam mendukung pemulihan ekonomi agar tidak terkontraksi dengan mengupayakan Produk Domestik Bruto (PDB) bisa tumbuh positif kedepan. Dengan telah diundangkan undang undang Obnibus law berharap juga investasi terus meningkat kedepan. Namun juga harus terus dipantai bila perlu pemerintah langsung hadir dengan Bulognya menjadi penyangga dan menstabilkan harga harga hasil pertanian seperti petani kopi yang paska panen harga kopi sangat anjlok bisa membuat petani kelimpungan bisa menimbulkan masalah social dan mendorong terciptanya deplasi yang berpotensi mendorong terjadinya depresi ekonomi.

Dengan kejadian wabah covid – 19 membuat semakin kompleknya risiko dan tantangan yang dihadapi perekonomian nasional. Maka  sudah menjadi keharusan agar penguatan koordinasi kebijakan Bank Indonesia dengan Pemerintah harus sinkron dan menjadi hal utama yang teramat penting. Sudah barang tentu juga seluruh jajaran menteri kabinet Indonesia Maju dengan para aparat sipil negara dan para pejabat daerah semuanya harus bekerja secara all out dalam kondisi extra ordinary ini agar secepatnya bisa membasmi covid – 19 yang menjadi biang kerok semuanya ini. Agar juga sekaligus bisa lepas dari jebakan depesi ekonomi. Sehingga secara sektoral penggerak pertumbuhan ekonomi dalam masa pandemic covid – 19 seperti secara umum sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restaurant, sektor pengangkutan dan komunikasi maupun terjaganya kebutuhan pangan tercukupi pengadaannya dan tidak ketergantungan pada pasokan dari luar dengan demikian ekonomi bisa  bisa bangkit secara perlahan paralel dengan menjaga kesehatan masyarakat yang tidak bisa diabaikan.

Risiko ekonomi yang bersumber dari luar dimana kondisi eksternal yang masih diliputi ketidak pastian dan hampir semua Negara berada terjun ke jurang resesi harus juga diwaspadai. Jadi dinamika perekonomian domestik kedepan akan sangat tergantung pada keberhasilan semua pihak baik BI maupun Pemerintah untuk terus memperkuat ketahanan ekonomi  dan sistem keuangan sekaligus menjaga kesinambungan pertumbuhan  terus menjadi lebih baik dalam masa pandemic covid – 19 ini. Dengan belajar dari pengalaman yang paling berharga dari krisis ke krisis di masa lalu. Bahwa ditengah ketidak pastian yang tinggi dituntut kecermatan dan kecepatan dalam mengenali permasalahan dan pengambilan keputusan. Keterlambatan dalam merespons kejutan eksternal seperti kenaikan maupun penurunan harga komoditas, ketidak seimbangan global, derasnya aliran keluar masuk modal asing, gejolak nilai tukar dan lain sebagainya membuat kita seringkali kehilangan momentum  yang membawa  konsekuensi pada besarnya biaya yang harus ditanggung perekonomian.

MEMPERKUAT KETAHANAN PERBANKAN NASIONAL.

Dengan adanya covid – 19 ini merupakan pelajaran yang semakin penting mengingat kejutan eksternal apapun bentuknya selalu berpeluang untuk muncul kembali. Kebijakan BI yang selalu mengarah pada pencapaian stabilitas makroekonomi  dan sistem keuangan serta langkah yang tepat  dibidang moneter untuk mengendalikan inflasi yang  rendah dan tidak muncul hyper inflasi. Demikian juga agar supaya tidak berubah menjadi deplasi sebagai bibit depresi serta dibidang perbankan mengupayakan ketahanan bank guna menopang kinerja bank dan sekaligus membendung kejutan resesi ekonomi yang dibayang bayangi kecenderungan akan muncul depresi ekonomi agar tidak berubah menjadi krisis perbankan. Dimana bank bank saat ini berada dalam situasi yang sangat sulit dan dilematis serta  berat kendatipun telah mendapat suntikan stimulus alokasi dana untuk memperkuat likuiditas namun semuanya itu membuat kesehatan perbankan tetap saja memiliki tingkat kesehatan yang semu.

Mengingat dalam situasi seperti ini kemampuan membayar  para debeturnya yang tidak ada kendatipun kemauan atau keinginan untuk membayar tidak perlu diragukan tetap saja para debetur bank tidak berada dalam keadaan bonafide. Semuanya ini akibat kerugian yang dideritanya perusahaannya yang tidak bisa beroprasi secara normal telah terjadi kelesuan ekonomi berupa resesi, apalagi adanya kekhawatiran akan munculnya baying bayang depresi ekonomi. Dalam situasi dan kondisi resesi ekonomi yang dibayang bayangi oleh depresi ekonomi tantangan yang dihadapi perekonomian yang bisa memunculkan ekses semakin mlemahnya likuiditas di sektor perbankan. Tentu hal  ini akan memberikan tekanan terhadap stabilitas makro sehingga perlu dikelola secara cermat dan terkendali. Untuk mengatasi hal tersebut OJK dan BI perlu menerapkan berbagai instrument yang dapat mengendalikan kelangkaan likuiditas baik secara temporer maupun permanen. Jadi dalam hubungan ini koordinasi kebijakan perlu selalu dilakukan dengan baik antara  BI, OJK dengan Pemerintah.

Di sektor  perbankan tantangan yang semakin mengemuka dalam situasi seperti ini peran perbankan yang sedari dulu memang masih relative rendah kontribusinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi menjadi semakin sangat terbatas perannya dalam pembiayaan kegiatan ekonomi sepertinya menolong dirinya agar tetap eksis  sudah sangat sulit dan terancam oleh situasi resesi ekonomi. Selama ini kita ketahui masih relative tingginya tingkat bunga pinjaman dan persyaratannya yang masih ribet, membuat akses masyarakat ke perbankan masih sangat terbatas, terutama dirasakan oleh wong cilik sebagai masyarakat yang perlu diberdayakan agar penghasilannya menjadi meningkat lebih layak. Perbankan nasional yang demikian masih banyak jumlahnya ditanah air memiliki daya saing dari segi efisiensi, permodalan dan asset  masih relative lebih rendah dibandingkan dengan perbankan di kawasan Negara Asean apalagi Asia. Dengan demikian kondisinya yang rentan ini berpotensi lemah daya tahannya sehingga bisa memunculkan kekhawatiran bila resesi ekonomi berlangsung berkepanjangan apalagi adanya bayang bayang kecenderungan  depresi ekonomi diperkirakan akan banyak bank yang akan ambruk.

Membuat para bankir menjadi  ketar ketir, panik, kalang kabut dan gelisah tidak nyaman tidurnya,  bahkan mungkin mengambil sikap cenderung apatis dan  pasrah saja berserah diri kepada Hyang Kuasa apapun yang akan terjadi, terjadilah. Diterima saja dengan penuh rasa legowo apa yang akan terjadi musibah ini memang banyak pihak yang menghadapinya. Namun demikian seharusnya tetap harus berikhtiar jangan menjadi mental block bangkitkan semangat juang dan kepercayaan diri sebagai bankir profesional sejati dalam situasi dan kondisi apapun. Bahwa  sesungguhnya didunia ini tidak ada jalan buntu pasti ada jalan untuk keluar dari lubang jarum. Maka dengan demikian sebagai bankir profesional sejati harus tetap optimis, konsisten, konsekuen terhadap  rasa tanggung jawab dalam menyelamatkan dengan meminimalisir risiko yang dihadapi para stakeholdernya. Berupaya dengan sekuat tenaga dan extra kerja keras dengan berpikir kreatif tinggi mengerahkan semua kemampuan untuk menemukan cara yang positif dan kondusif dalam upaya menyelamatkan banyak pihak utamanya menyelamatkan masyarakat dan menghindarkan kerugian negara sekaligus turut bertanggung jawab menyelamatkan perekonomian nasional untuk bangkit dan pulih kembali.

Jadi marilah kita bangkit dan optimis dalam menghadap cobaan ini yang tentu masih tidak seberat perjuangan para veteran pejuang dan pahlawan kita bagaimana dulu beratnya Bung Karno dkk memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekarang kita hanya mengisi ruang kemerdekaan saja kenapa mesti mengeluh, apalagi menyerah dan yakinlah wabah covid – 19 sebagai biang keroknya segera dapat kita kendalikan dan tuntaskan. Dengan demikian marilah terus berikhtiar bersatu padu jangan ada yang mengail di air keruh agar supaya keadaan akan segera kembali normal tentu Tuhan akan selalu bersama kita. Astungkara.

Recommended For You

About the Author: Ari Nugroho

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *