Jakarta – Bagi perusahaan, reputasi ibarat nyawa. Ketika reputasi rusak, akan berpengaruh pada banyak hal, bahkan bisa berujung tutupnya perusahaan. Oleh karena itu di zaman digital seperti sekarang ini reputasi harus dikelola dan dijaga. Satu nasabah atau konsumen kecewa dan menyampaikannya di media sosial, reputasi akan luntur bila perusahaan tidak segera meng-cover-nya.
Di industri perbankan, menurut Eko B. Supriyanto, Editor in Chief Infobank Media Group, reputasi sangat berpengaruh pada kinerja keuangannya. Hal ini disampikan dalam webinar bertema “Mengelola Risiko Reputasi, Menembus Kebuntuan, Memulihkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Industri Perasuransian” pada Kamis (9/12).
Menurut Eko, reputasi pada satu bank akan berpengaruh pada turunnya dana pihak ketiga (DPK). “Masyarakat tidak akan percaya lagi menyimpan uangnya di bank,”ujarnya. Akibatnya, akan terjadi masalah likuiditas.
Di industri asuransi, premi asuransi jiwa tetap tumbuh meski ada kasus gagal bayar di beberapa perusahaan asuransi. Tapi perlu dikaji lebih dalam yang naik adalah premi asuransi yang tidak mengandung unsur investasi. Untuk yang ada unsur investasi seperti unit link, masih harus dikaji lagi produk-produknya.
Terkait dengan reputasi di industri asuransi, Agustinus Nicholas Tobing, akademisi dan praktisi industri asuransi mengatakan bahwa fungsi agen harus dibenahi. “Mereka harus lebih profesional dan bertindak sebagai financial advisor” ujarnya.
Nicholas sangat setuju bahwa reputasi mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Rating perusahaan akan turun bila reputasinya terganggu. Perusahaan yang mengeluarkan bond dan reputasinya memburuk, akan menurunkan rating dan harga surat utangnya.
Hal senada juga disampaikan Roy Sambel, akademisi dan konsultan bidang finance. Menurutnya reputasi sangat terkait dengan kinerja keuangan. “Reputasi penting untuk bisnis jangka panjang,” tambahnya.