Jakarta-PT Kliring Berjangka Indonesia sebagai perusahaan penjaminan penyelesaian transaksi komoditas dan keuangan menjalin kerja sama dengan Bursa Berjangka Jakarta dan PT Wahana Inspirindo Sejahtera dalam rangka optimalisasi potensi komoditas serta pengembangan perniagaan lada di Provinsi Bangka Belitung.
“Kerjasama ini tentu merupakan sebuah sinergi strategis, yang kedepan diharapkan mampu menjadi solusi atas problem klasik yang dihadapi petani dan pemilik komoditas lada kita, khususnya terkait harga dan nilai komoditas. Dengan kerjasama ini, kedepan akan dilakukan langkah optimalisasi potensi komoditas lada bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), serta Mendukung usaha-usaha pengembangan tata niaga komoditas lada sesuai harapan Pemerintah Provinsi Bangka Belitung,” ujar Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi, di Pangkal Pinang, Jumat (22/11/2019).
Dengan demikian, ke depannya, komoditas lada akan diperdagangkan dalam bentuk pasar fisik di Bursa Berjangka Jakarta, yang mana penjaminan transaksinya dijamin oleh PT Kliring Berjangka Indonesia. PT Wahana Inspirindo Sejahtera sendiri akan menjadi penyedia sarana dan prasarana komoditas lada dalam hal ini Merk White Muntok Pepper (WMP).
Dirinya pun menambahkan bahwa kerja sama ini sekaligus untuk memajukan perekonomian masyarakat, dengan salah satunya, menyediakan efisiensi dan efektifitas dalam perniagaan. “Sebagai BUMN, tentu kami memiliki misi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Dan kerjasama yang dilakukan kali ini, tentunya dalam konteks tersebut. Kedepan, tata niaga lada tidak langsung dari petani ke pengumpul, namun komoditas ini akan diarahkan untuk diperdagangkan dalam bentuk Pasar Fisik Lada di Bursa Berjangka Jakarta. Masukknya pasar fisik lada ke Bursa Berjangka Jakarta, tentu akan lebih memberikan pilihan bagi para investor. Sebelum ini, kami dan BBJ telah menghadirkan pasar fisik Timah. Selain itu, kami juga mendorong petani dan pemilik komoditas Lada untuk memanfaatkan Sistem Resi Gudang, dimana PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) menjadi Pusat Registrasi Resi Gudang,” tambahnya.
Hal ini dirasa perlu karena data PT Kliring Berjangka Indonesia menunjukkan resi gudang yang diterbitkan untuk komoditas lada hanya mencapai Rp566 juta, dari total resi gudang sebesar Rp114,6 miliar sejak 2017 sampai Oktober 2019.
“Besaran resi gudang yang ada tersebut, masih sangat kecil. Apalagi dengan melihat kapasitas produksi lada putih Bangka Belitung atau Muntok White Pepper cukup bersar. Kedepan kami optimis, dengan masuknya lada putih muntok ke pasar fisik di Bursa Berjangka Jakarta, akan memberikan nilai tambah tidak hanya bagi petani, namun juga bagi perekonomian nasional,” terangnya kembali.
Untuk informasi tambahan, berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), dari tahun 2015 sampai 2019, terjadi peningkatan dalam produksi Lada. Tahun 2015, produksi lada mencapai 81.501 ton, dan meningkat sebesar 5,93% menjadi 86.334 ton di tahun 2016. Tahun 2017, produksi mencapai 87.991 ton, atau mengalami peningkatan sebesar 1,92% dibandingkan produksi tahun 2016. Di tahun 2018, peningkatan tidak sebesar di tahun sebelumnya, yaitu hanya terjadi kenaikan sebesar 0.82% dari tahun 2017, dengan total produksi mencapai 88.719 ton. Sementara untuk tahun 2019, diproyeksikan produksi akan mencapai 89.617 ton, atau meningkat sebesar 1.07% dibandingkan tahun 2018. Pencapaian produksi tersebut, masih menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil lada terbesar kedua di dunia.
Tapi di satu sisi, peningkatan produksi lada nasional, ternyata justru berbanding terbalik dengan harga lada di pasaran. Berdasarkan data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, harga lada mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat di tahun 2016, harga rata-rata bulanan di pasar domestik untuk lada putih adalah Rp. 143.867,- per kilogram, dan Rp. 121.000,- untuk lada hitam. Penurunan tajam terjadi di tahun 2017, dimana harga rata-rata bulanan untuk lada putih mencapai Rp. 85.349,- dan Rp. 59.500,- untuk lada hitam.
Saat ini, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Lampung merupakan produsen utama lada putih (Muntok White Pepper) dan lada hitam (Lampung Black Pepper) yang cukup besar. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, produktivitas lada di Bangka Belitung mencapai 1,25 ton per hektar. Hal ini menjadikan Bangka Belitung menjadi penyumbang produksi lada terbesar, yang mencapai 39% dari total produksi lada nasional.