Tangerang – Untuk memperoleh barang dan jasa perusahaan-perusahaan dapat menghabiskan triliunan US dollar, tetapi alokasi pengeluaran itu hanya kurang dari 1% dialokasikan untuk usaha milik perempuan. Padahal usaha milik perempuan dapat menjadi kunci pertumbuhan ekonomi karena mampu menyediakan 4 dari 5 lapangan kerja baru bagi pasar di negara berkembang dan berkontribusi terhadap sepertiga dari seluruh bisnis secara global.
“Memberikan akses yang setara bagi perempuan di seluruh rantai pasok tidak hanya merupakan hal yang tepat dan baik tetapi juga bisa menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan kuat,” kata Direktur Divisi Sustainable and Inclusive Trade, International Trade Centre, Anders Aeroe dalam pernyataannya, Kamis, 18 Agustus 2022.
Sementara itu, proporsi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dimiliki perempuan di Indonesia memiliki persentase lebih dari 60% dan berkontribusi besar pada perekonomian. Meskipun telah menyumbang banyak usaha dalam mendorong pemberdayaan ekonomi khususnya perempuan, adanya UMKM perempuan yang bergerak di sektor informal masih kerap menghalangi akses untuk mendapatkan sumber daya dan dukungan yang terprogram.
Baca juga: Sambut HUT RI ke-77, Supra Boga Serukan Semangat Cinta, Beli, dan Pakai Produk Nasional
“Data menunjukkan adanya peluang ekspansi GDP (Gross Domestic Product) dunia sebesar US$28 triliun melalui tersedianya partisipasi yang setara untuk perempuan dalam perekonomian global pada tahun 2025. Untuk itu, sangatlah penting bagi semua pemangku kepentingan turut mengambil peran dalam menciptakan kesetaraan gender,” jelas Nurdiana Darus selaku Head of Sustainability and Corporate Affairs Unilever Indonesia di kesempatan yang sama.
Untuk itu, Unilever yang berkolaborasi dengan The International Trade Centre (ITC) berkomitmen untuk meningkatkan pasokan barang dari usaha milik perempuan. Kemitraan ini akan menjadi katalisator untuk mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam sektor perekonomian Indonesia.
“Kami bertekad untuk terus mendukung perempuan tidak hanya melalui pengembangan kapasitas, tetapi juga dengan memperluas peluang kerjasama dengan sektor swasta dan perusahaan internasional seperti Unilever sehingga menyediakan kesempatan yang besar untuk menciptakan jaringan para pemasok yang lebih inklusif,” pungkas Anders. (Fatin)