Jakarta-Inggris kembali menggelar pemilihan umum hari ini, Kamis (12/12), di tengah kebuntuan parlemen dan pemerintah dalam melanjutkan proses pengunduran diri dari Uni Eropa (Brexit).
Pemilu ketiga dalam lima tahun terakhir ini adalah pemilu paling krusial karena akan menentukan nasib negosiasi Brexit yang telah diperpanjang tiga kali.
Sejumlah pub, salon, dan pertokoan tutup untuk dijadikan TPS. Total, terdapat 4.000 tempat pemungutan suara di seluruh Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.
Ribuan TPS tersebut akan dibuka serempak pada Kamis pagi dari pukul 07.00 hingga 22.00 waktu setempat.
Di tengah kebuntuannya membujuk parlemen agar mau setuju dengan proposal Brexit gagasanya, Perdana Menteri Boris Johnson berharap bisa terpilih kembali pada pemilu kali ini.
Ia dan Partai Konservatif membutuhkan sembilan kursi tambahan untuk dapat mendominasi parlemen. Boris berharap, dengan mendominasi parlemen, ia dapat melanjutkan proses Brexit berdasarkan gagasannya, yakni setuju dengan kesepakatan (deal) yang diajukan atau tidak (no deal).
Ia pun menyatakan akan mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa pada Januari mendatang, sesuai tenggat waktu yang diputuskan terakhir kali usai diperpanjang. Ia pun berkata kepada wartawan bahwa pemilu hari ini merupakan kesempatan warga untuk bisa mengeluarkan Inggris dari kebuntuan politik dan ketidakpastian.
“Bayangkan betapa indahnya bisa menetap dan menyantap ayam kalkun saat makan malam di malam natal usai Brexit bisa diputuskan,” ujarnya, pada Rabu (11/12), seperti dikutip dari AFP.
Meskipun demikian, jalan Boris untuk memenangi pemilu kali ini tak mudah. Ia harus bersaing ketat dengan pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, untuk memenangkan mayoritas parlemen dalam pemilu hari ini.
Selain Boris dan Jeremy, ada pula empat politikus perempuan yang ikut mencalonkan diri pada pemilu Inggris kali ini. Keempat perempuan itu ialah Nicola Sturgeon dari Partai Nasional Skotlandia (SNP), Jo Swinson dari Partai Liberal Demokrat, Arlene Foster dari Partai Uni Demokratik (DUP), dan Mary Lou McDonald dari Partai Sinn Fein.