Jakarta – Teknologi artificial intelligence (AI) semakin populer dewasa ini. Teknologi AI dinilai bisa mengefisienkan aktivitas operasional bisnis pada suatu perusahaan. Apalagi, belum lama ini beberapa perusahaan teknologi besar seperti Meta dan Google telah membuat teknologi AI aksessible untuk publik, khususnya bagi mereka yang bekerja di bidang digital advertising.
Semakin populer dan terbukanya layanan AI untuk publik ini juga tak bisa dilepaskan dari kemunculan ChatGPT yang menjadi daya pikat tersendiri bagi perusahaan teknologi global untuk ramai-ramai mengembangkan teknologi AI masing-masing.
Namun begitu, ternyata menerapkan AI tak semudah seperti yang dibayangkan. Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan bagi mereka yang ingin menggunakan AI untuk kepentingan bisnis. Alexander Lukman selaku Team Leader Emerging Enterprise and SMB Amazon Web Services (AWS) menyatakan beberapa hal perlu dipertimbangkan secara matang oleh calon pengguna AI untuk kepentingan bisnis, agar dampaknya bisa benar-benar dirasakan dan berkelanjutan.
“Kita telah berbicara soal generative AI ke seratus konsumen kita sejak awal tahun ini. Ini adalah topik yang sedang hangat. Yang menarik adalah ternyata tak banyak dari mereka membutuhkan teknologi AI dalam mengembangkan bisnis mereka saat ini. Banyak dari mereka hanya perlu severless aplication atau data analytics. Itu saja,” ucapnya di sesi seminar Digital Economy pada Indonesia Australia Business Conference 2023 di Jakarta, Rabu, 8 November 2023.
“Walaupun orang bisa sangat antusias untuk langsung terlibat dalam penggunaan teknologi ini, teknologi ini bukanlah magic. Ini tidak sesimple seperti yang anda bayangkan. Ini seperti sebuah journey. Anda perlu berinvestasi pada SDM dalam penerapan AI, dan juga sebuah roadmap yang jelas soal apa yang anda ingin lakukan dari adanya AI tersebut,” lanjutnya.
Ia juga mengatakan jika penerapan teknologi AI ini bakal membutuhkan perubahan pada variabel-variabelnya. Ketika tren bisnis dan polanya berubah, maka para pelaku usaha yang menerapkan AI juga perlu melakukan perubahan-perubahan pada teknologi AI tersebut.
“Ini bukan kayak mesin yang bisa melakukan apa saja untuk bisnis kita. Kita bicara soal meminta kepada sebuah mesin untuk belajar terus menerus, jadi anda perlu menerapkan variabel-variabel yang berbeda ketika bisnis anda terus mengalami perubahan,” tegas Alexander.
Di samping itu, ia juga menjelaskan bahwa penggunaan teknologi AI ini sangat bersifat spesifik bagi setiap jenis dan pengembangan bisnis yang ingin dilakukan. Maka dari itu, diperlukan sumber daya yang mumpuni dalam melakukan maintanance dan mengoperasikan teknologi AI pada suatu perusahaan.
“Jadi, benar-benar pahami apa yang anda inginkan, miliki sebuah visi yang jelas terkait penggunaan AI ini. Dan miliki sumber daya yang benar-benar mumpuni untuk mengoperasikannya, ini adalah investasi yang besar.”
Hal senada turut disampaikan Presiden Direktur layanan fintech AdaKami, Bernardino Vega yang menyatakan, perlunya biaya besar dalam mengoperasikan teknologi AI untuk bisnis.
“Teknologi AI memang bisa melayani kita sebagai teknologi instruksi yang canggih, namun juga membutuhkan biaya yang besar dalam pengoperasiannya. Proses yang telah kita lakukan selama ini, proses tahunan kita dalam menerapkan AI seperti evaluasi pinjaman membutuhkan dana yang tak sedikit,” tambahnya.
Penulis: Steven Widjaja