Jakarta – Skill terkait teknologi atau IT menjadi penting di era yang serba digital seperti sekarang. Tak hanya soal IT, tingkat kesadaran akan pentingnya implementasi kebijakan environmental social governance (ESG) pada bisnis juga semakin besar dewasa ini.
Maka dari itu, skill dan pemahaman yang komprehensif mengenai kedua hal tersebut tak bisa dihiraukan. Head of HSBC Commercial Banking South and Southeast Asia, Amanda Murphy, mengungkapkan jika skill terkait digitalisasi dan pemahaman soal ESG adalah dua tantangan utama dalam pengembangan bisnis di Asia Tenggara atau Asean.
“Selain inflasi serta dampak negatif dari kenaikan suku bunga, ada juga tantangan lainnya yang tak boleh dihiraukan, yakni soal skill SDM. Ada dua area terkait skill ini, yaitu skill untuk bidang digital dan pemahaman soal sustainability. Pada dua bidang itulah, perusahaan bersandar dewasa ini,” ujar Amanda saat acara media roundtable bertema “HSBC Survey: Indonesia is a leading target for international businesses looking to
expand in ASEAN” di Jakarta, Senin, 18 September 2023.
“Konsumen kita juga memberi tahu kita bahwa tantangannya adalah menemukan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki skill komprehensif di bidang digital dan sustainability. Saya punya anak yang sekarang tengah bersiap masuk ke bangku kuliah, saya mengatakan kepada anak saya kamu akan belajar ilmu komputer, kamu akan belajar terkait sustainability, karena itulah pekerjaan-pekerjaan yang bakal ada ke depannya. Dan ada banyak kebutuhan akan expert untuk dua bidang itu di negara-negara berkembang,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia turut menjelaskan terkait bagaimana HSBC sebagai lembaga bank internasional terbesar yang beroperasi di Indonesia mendorong penerapan digitalisasi dan konsep sustainability pada pengembangan bisnis konsumennya.
Ia katakan bahwa HSBC memiliki kumpulan expert lokal serta jaringan global yang luas, yang bakal mendukung konsumen melakukan transformasi ke energi bersih. Dengan jaringan globalnya yang luas, ia katakan, HSBC juga menghubungkan konsumen-konsumen lokalnya di Indonesia dengan jaringan globalnya yang terdiri atas banyak negara. Membantu nasabah-nasabah komersial lokal untuk memiliki kapasitas yang semakin mumpuni dalam bertransisi ke konsep bisnis berkelanjutan.
“Misalnya kita di Indonesia, berpartner dengan Kementerian Investasi untuk membantu memfasilitasi perdagangan dari luar ke Indonesia. Kita memiliki ambisi yang besar terkait sustainability, kita ingin mencapai net zero pada 2060, atau bahkan lebih cepat, maka kita juga perlu berperan melalui sektor perdagangan. Lalu, kalau melihat berbagai program terkait keuangan net zero dari berbagai organisasi internasional, kita benar-benar adalah anggota utama untuk mewujudkan net zero. Kita telah mengucurkan dana senilai USD20 miliar kepada sektor swasta maupun pemerintah untuk membantu transisi ke net zero. Jadi, kita memainkan peran aktif di bidang tersebut,” pungkasnya.
Penulis: Steven Widjaja