Penurunan Suku Bunga Diprediksi Berdampak Positif bagi KPR 

CEO dan Founder Pinhome, Dayu Dara Permata (tengah) di Jakarta, Selasa (8/10). (Foto: Dok. TF/SW)

Jakarta – Tren penurunan suku bunga yang terjadi akhir-akhir ini, tentunya disambut baik oleh berbagai kalangan, tak terkecuali para pelaku bisnis di industri properti. Industri properti bakal turut terdampak dengan adanya tren penurunan suku bunga di tingkat global dan nasional tersebut.

Dayu Dara Permata selaku CEO dan Founder Pinhome, platform layanan jual/beli dan sewa properti di Indonesia, mengungkapkan, penurunan tren suku bunga tersebut akan berdampak terhadap tingkat pengajuan kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Ia jelaskan bahwa pola yang ada terus berulang dari waktu ke waktu.

“Jika ada kenaikan suku bunga, biasanya ada penundaan pengajuan KPR (dari konsumen), dan jika ada penurunan suku bunga biasanya ada peningkatan atau percepatan pembelian properti atau pengajuan KPR,” tuturnya di Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2024.

Pihaknya berharap, masyarakat dapat merespons dengan baik tren penurunan suku bunga yang ada melalui pembelian properti. Dengan begitu, roda perekonomian bisa lebih berputar, mengingat akan ada banyak properti yang dibangun untuk memenuhi sisi demand yang meningkat.

“Saat masyarakat membeli properti, apalagi properti primer, ini kan membantu geraknya ekonomi, akan ada lebih banyak properti yang dibangun, infrastruktur jadi lebih baik, serta menyerap tenaga kerja,” jelasnya.

Di samping itu, ia turut menerangkan bahwa kinerja industri properti cenderung melambat di akhir tahun. Melihat pola-pola sebelumnya, fokus konsumen biasanya beralih ke sektor konsumsi lainnya pada kuartal empat atau akhir tahun. Namun begitu, ia katakan, tren penurunan suku bunga saat ini berpotensi mengangkat kinerja industri properti di akhir tahun.

Untuk merespons penurunan suku bunga, pihaknya juga tengah menjalankan strategi penambahan jumlah inventori rumah baru. Dayu jelaskan, penambahan inventori atau stok rumah adalah dorongan yang paling baik untuk menggerakkan harga sewa properti. Ini dikarenakan, semakin banyak jumlah supply, maka semakin banyak opsi yang ada.

“Sekalipun harganya sama, tapi kalau opsinya banyak dan baik, maka proses sewanya bisa terjadi dan bisa ada peningkatan jumlah penyewa,” imbuhnya.

Selain peningkatan jumlah inventori, pihaknya juga meningkatkan kualitas informasi terkait inventori properti. Hal ini untuk mencegah timbulnya informasi  terkait properti yang tak akurat, mulai dari harga, lokasi, hingga status jual atau sewa properti.

Sebagai informasi, Pinhome mencatat, inventori rumah baru untuk segmen menengah ke bawah (harga Rp200 juta-Rp600 juta) mengalami pertumbuhan 4,6 kali lipat pada kuartal kedua tahun ini dibandingkan kuartal sebelumnya.

Sedangkan untuk proporsi pembelian rumah harga menengah ke bawah di kuartal dua tahun ini mengalami pertumbuhan 8 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara proporsi pembelian rumah mewah (harga di atas Rp3 miliar) mengalami kontraksi sebesar 26 persen.

Penulis: Steven Widjaja  

Recommended For You

About the Author: Ari Nugroho

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *