
Jakarta – Smartcom, penyedia solusi push-to-talk (PTT) mission-critical berbasis di Singapura, resmi memulai operasinya di Indonesia. Sebagai satu-satunya penyedia layanan PTT mission-critical bersertifikasi di pasar Asia, Smartcom mengkombinasikan perangkat bersertifikasi ATEX dengan perangkat lunak TASSTA bersertifikasi ETSI/3GPP untuk menciptakan sistem komunikasi tingkat operator yang berfungsi baik di berbagai jaringan Indonesia.
Kehadiran Smartcom di Indonesia didukung oleh kesuksesan implementasi sebelumnya bersama Korlantas (Korps Lalu Lintas Polri) dan Kereta Api Indonesia (KAI), yang membuktikan kinerja sistem ini di berbagai kondisi operasional Tanah Air.
Perusahaan penyedia layanan push-to-talk yang berfokus pada bisnis B2B di sektor logistik, minyak dan gas, serta manajemen properti ini menargetkan 10.000 lebih pengguna PTT aktif dengan 10 lebih perusahaan besar di Indonesia dalam jangka waktu dekat.
Sementara untuk target jangka panjang di Indonesia, Smartcom menargetkan jumlah pengguna sebanyak 100.000 lebih pengguna di seluruh Indonesia. Business Development Lead PT Smartcom Indonesia Nusajaya, Asri Ariani Fauziah menjelaskan jika keputusan ekspansi Smartcom ke Indonesia didasarkan oleh besarnya potensi pangsa pasar nasional.
Pertumbuhan ekonomi RI yang sebesar 5 persen year on year (yoy) menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia. Belum lagi ditambah 160 juta tenaga kerja produktif yang tersebar di seluruh Indonesia, menjadikannya negara dengan potensi ekonomi digital nomor satu di Asia.
“Kita juga mendukung misi transformasi digital pemerintah, dimana kita mendukung program nasional 100 Smart Cities,” ujar Asri saat acara peluncuran Smartcom Indonesia 2025 di Jakarta, Selasa, 29 April 2025.
Ia menerangkan lebih lanjut, Indonesia yang memiliki 160 juta tenaga kerja produktif itu perlu didukung dengan sistem komunikasi digital yang instan, aman, dan terpercaya dari kota ke kota atau wilayah di seluruh Indonesia untuk mewujudkan konsep industri 4.0 yang optimal.
Asri lalu memberikan contoh bagaimana rekam keberhasilan implementasi digital PTT-based berbasis TASSTA di Korlantas Polri dan KAI. Di KAI misalnya, layanan Smartcom digunakan pada stasiun-stasiun di Indonesia, yang mana pada tahap awal berfokus pada stasiun-stasiun di Pulau Jawa dan berpotensi digunakan dalam waktu dekat di Sumatra dan Kalimantan.
“Kita optimis karena sebelumnya ada Korlantas dan KAI yang sudah menggunakan teknologi Smartcom, dan teruji kualitasnya. Sehingga, kita optimis untuk ekspansi ke market Indonesia,” paparnya.
Meskipun berfokus pada sektor logistik, minyak dan gas, serta manajemen properti, pihaknya tak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan industri lain yang memerlukan sistem teknologi PTT, termasuk instansi pemerintah.
Selain Indonesia, Smartcom yang turut berpartner dengan Singtel dan Telkomsel ini juga bakal melakukan ekspansi ke Malaysia dan Vietnam.
Keahlian Lokal untuk Industri Indonesia
Smartcom telah membangun operasional lokal yang komprehensif dengan pemahaman mendalam tentang pasar Indonesia. Tim berbasis di Jakarta ini dipimpin oleh para veteran telekomunikasi yang berpengalaman dalam menghadapi tantangan regulasi dan infrastruktur Indonesia, termasuk mantan eksekutif dari salah satu operator telekomunikasi terbesar di Tanah Air.
“Teknologi kami dapat mengatasi tantangan komunikasi yang ada di lingkungan operasional yang kompleks di Indonesia. Dengan tim lokal dan kemitraan jaringan, kami siap untuk menghadirkan komunikasi yang lebih andal dan aman pada berbagai sektor industri di Indonesia,” sambung Direktur Smartcom Indonesia Nusajaya, Imran Jaffar.
Implementasi awal Smartcom di Indonesia akan menggunakan smartphone dan tablet ATEX yang telah teruji di berbagai proyek berbasis Singapura, termasuk Ion Orchard, Takashimaya, dan properti Marriott.
Rencana pengembangan produk mencakup penyempurnaan khusus untuk Indonesia, seperti pelacakan GPS real-time untuk manajemen tenaga kerja; fitur video push untuk inspeksi peralatan; serta integrasi drone untuk pemantauan area berbahaya.
Solusi ini dibangun berdasarkan pengalaman Smartcom dalam menghadapi lingkungan operasional yang kompleks, dan kini disesuaikan dengan kebutuhan industri Indonesia. Perusahaan menargetkan 10.000 pengguna di Indonesia dalam 12 bulan sebelum berekspansi ke Malaysia dan Vietnam pada 2026.
Penulis: Steven Widjaja