
Jakarta – Teknologi artificial intelligence (AI) sekarang semakin digemari. Teknologi kecerdasan buatan ini telah memudahkan banyak pekerja dari beragam sektor dalam melakukan pekerjaannya.
Inilah yang kemudian turut membuat banyak perusahaan mulai mempertimbangkan untuk memasukkan kapasitas penggunaan AI dalam salah satu syarat rekrutmen pegawai baru, sebagaimana dibeberkan Sales Director Jobstreet Indonesia, Wisnu Dharmawan saat acara peluncuran Laporan Eksklusif Jobstreet by Seek: Rekrutmen, Kompensasi, dan Tunjangan 2025 di Jakarta, Rabu (30/4).
Laporan Jobstreet by Seek: Rekrutmen, Kompensasi, dan Tunjangan 2025 yang baru dirilis menunjukkan bahwa 72 persen perusahaan menganggap pengetahuan AI adalah hal penting untuk dipertimbangkan dalam merekrut pegawai.
Dengan rincian, 14 persen perusahaan menyatakan AI sebagai hal utama yang penting dalam rekrutmen, 14 persen lainnya memandang sebagai hal yang sama pentingnya dengan kualifikasi lainnya, 44 persen perusahaan menyatakan dipertimbangkan tapi bukan hal utama, dan 29 persen menganggap bukan hal penting dalam rekrutmen.
“Memang belum menjadi hal yang paling utama, tapi kalau yang mempertimbangkan ini sudah lebih dari 70 persen ya. Dari yang dianggap paling penting, salah satu yang penting, maupun yang menjadi pertimbangan, itu sudah 72 persen. Hanya 29 persen yang tidak menganggap itu sebagai faktor penting,” ucap Wisnu.
Ia lalu berpesan kepada para pegawai maupun calon pegawai untuk memastikan dirinya memiliki pengetahuan mengenai AI. Mengingat, bisa menggunakan artificial intelligence dan membantu dalam pekerjaan, sudah menjadi faktor yang critical saat ini.
Penggunaan AI yang masif dewasa ini, ternyata juga menyentuh sektor human resource atau HR. Laporan Jobstreet by Seek: Rekrutmen, Kompensasi, dan Tunjangan 2025 memperlihatkan sebanyak 20 persen rekruter pegawai di perusahaan sudah memakai AI sebagai alat bantu dalam proses rekrutmen.
Alasan para rekruter memanfaatkan AI beragam. Namun, alasan paling banyak adalah menjadikan proses rekrutmen lebih cepat dan efisien (84 persen). Disusul pencocokan lebih baik (71 persen), dan otomatisasi untuk efisiensi waktu (55 persen).
Dari segi peruntukannya, sebanyak 76 persen rekruter menyatakan memakai AI untuk penyaringan kandidat, 74 persen untuk menulis iklan lowongan kerja, dan 49 persen untuk pengujian kandidat. Sedangkan sisanya di kisaran 30 persen masing-masing diperuntukan untuk proses interview, background check, serta proses onboarding.
“Dan AI ini juga membantu untuk tidak bias saat merekrut. Misalnya, rekruter ‘kan ada kesamaan dengan kandidat, ‘oh ini mirip gue nih’, gitu kan. Nah, ini kan jadinya bisa bias, tapi kalau ini ‘kan enggak gitu ya. Semua dilakukan secara objektif lewat AI,” imbuh Wisnu.
Lebih jauh, Wisnu mengaku bahwa Jobstreet selaku penyedia platform fasilitator pencari kerja juga sudah menerapkan artificial intelligence untuk membantu perusahaan dalam menemukan pegawai yang tepat.
Filtering kandidat, serta penulisan job advertising atau iklan lowongan kerja di Jobstreet, itu semuanya telah dibantu memakai AI. Kondisi itu kemudian membuat proses rekrutmen bisa dilakukan secara lebih efektif dan cepat.
“Lalu, mesin AI kita turut membantu memberikan rekomendasi kandidat-kandidat sejenis yang ada di platform kita yang tidak melamar. Jadi, ini yang juga membantu perusahaan untuk bisa reach out ke mereka, walaupun mereka tidak melamar pekerjaan,” jelasnya.
“Dan kita lihat trennya semakin meningkat dan adopsi AI ini melalui Jobstreet juga membantu para perusahaan untuk mengadopsi AI untuk proses rekrutmen mereka,” tukas Wisnu.
Penulis: Steven Widjaja